REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Meski mayoritas penduduk Oman adalah Muslim, pemerintah berkepentingan besar mewujudkan kehidupan harmonis antarumat internal agama atau umat beragama.
Berbagai upaya ditempuh, di antaranya di negara dengan luas 300 ribu meter persegi ini, bertahun-tahun pemerintah Oman telah mempromosikan dialog antaragama.
Langkah ini ditempu untuk menumbuhkan toleransi beragama, saling pengertian, dan koeksistensi damai pada skala global.
Kegiatan termasuk pertemuan rutin internasional dan konferensi, pameran, ceramah, publikasi, dan dukungan untuk lembaga dan kegiatan lintas agama.
Pemerintah Oman percaya tidak akan ada perdamaian tanpa adanya dialog antarbangsa maupun dialog antaragama.
Dilansir dari islam-in-oman.com, pada 16 November setiap tahunnya, Departemen Wakaf dan Urusan Agama Oman menetapkan sebagai hari toleransi internasional.
Pemerinah akan mengadakan pertemuan internasional dengan mengundang beberapa negara.
Hari Toleransi Internasional dimaksudkan untuk mempromosikan toleransi beragama, saling pengertian dan hidup berdampingan secara damai, bertukar ide, dan mengembangkan visi bersama untuk masa depan.
Program tersebut sejalan dengan Resolusi Majelis Umum PBB pada 1996 yang mengajak berbagai negara anggota memperingati Hari Toleransi Internasional pada 16 November setiap tahunnya.
Dalam kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan pendidikan bagi masyarakat luas.
Pada pertemuan yang diadakan pada 2005, dokumen hasil World Summit menyebutkan sudah menjadi komitmen kepala negara dan pemerintahan untuk memajukan kesejahteraan manusia, kebebasan dan kemajuan di segala sektor dan wilayah, serta mendorong toleransi, menghormati, dialog, dan kerja sama antara budaya yang berbeda untuk kebaikan masyarakat.