Senin 20 Nov 2017 00:01 WIB

JK: Budaya Melayu adalah Budaya Pemersatu

Jusuf Kalla
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kebudayaan Melayu merupakan kebudayaan pemersatu yang memiliki peran penting dan andil yang besar bagi bangsa Indonesia.

Wapres di depan para undangan dan peserta Perhelatan Tamadun Melayu Antarbangsa dan masyarakat Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, Ahad (19/11), mengatakan mskipun bangsa Melayu bukan penduduk mayoritas, negara dan bangsa ini memilih Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional negara.

"Itu tidak terjadi di banyak negara. Banyak negara yang bahasa persatuannya dua atau tiga karena tidak ada yang jadi pemersatu bangsa-bangsa itu. Karena itulah, bangsa melayu menjadi salah satu pemersatu bangsa ini karena itu kita mengharapkan selalu kemajuan dan kebaikan yang tinggi," kata Wapres usai dianugerahi gelar Sri Perdana Mahkota Negara oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau.

Perhelatan Tamadun Melayu Antarbangsa telah menyedot perhatian masyarakat di Daik Lingga, Ibu Kota Kabupaten Lingga. Masyarakat di wilayah yang dikelilingi Gunung Daik tersebut, turut menyambut kedatangan Wakil Presiden dan meramaikan suasana di wilayah yang harus ditempuh empat jam menggunakan speedboat dari pelabuhan di Batam tersebut.

Masyarakat di pulau tersebut meramaikan suasana dengan berpakaian tradisional masyarakat Melayu, Teluk Belanga. Sementara sejumlah penjual dari pulau-pulau sekitar menjajakan dagangan di perhelatan tersebut. Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur, Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun dan Gubernur Jambi Zumi Zola.

Wapres dalam kesempatan itu menyampaikan penghargaan dan penghormatannya terhadap gelar adat yang dianugerahkan kepadanya dan untuk istrinya dengan gelar Sri Puan Mufidah Kalla.

Sebagai orang Bugis dirinya merasa terhormat dan mengingatkan kembali Perjalanan sejarah Bugis dan Melayu telah terukir sejak beberapa abad lalu. Di Bugis, Kampung Melayu merupakan wilayah pertama yang dilewati para pelancong melalui Pelabuhan. Pada abad 15-16 diperkirakan 40 ribu penduduk Melayu tinggal di Bugis.

Penduduk Melayu telah menjadi syahbandar, menjadi bagian dari pemerintahan kerajaan Bugis. "Demikian juga, sejak abad 16-17 orang Bugis sudah ada di tanah Melayu baik sebagai nelayan ataupun sebagai Lanun, tentara atau sebagai pasukan yang siap membela untuk sejengkal tanah Melayu," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement