REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi menghadiri Pertemuan Tingkat Menteri Asia-Eropa (ASEM) yang digelar di Naypyitaw, Myanmar, Senin (20/11). Dalam pernyataannya pada pertemuan tersebut, Menlu menekankan pentingnya perdamaian untuk pembangunan berkelanjutan
Terkait hal ini, Menlu menyerukan tiga bidang kerja sama konkret yang perlu ditingkatkan ASEM, yaitu penanggulangan terorisme dan radikalisme, perang melawan perdagangan narkoba, serta penanganan IUU Fishing.
Terkait penanggulangan terorisme, Menlu menekankan pentingnya negara-negara anggota ASEM meningkatlan kerja sama dalam pertukaran informasi intelijen. Juga, peningkatan kapasitas aparat keamanan, saling menukar pengalaman mengenai legislasi, dan program deradikalisasi.
"Dalam melawan terorisme dan radikalisasi, juga penting bagi semua anggota ASEM untuk tingkatkan kerja sama dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi dan moderasi," ucap Menlu Retno dalam pernyataan tertulisnya yang dirilis Kementerian Luar Negeri.
Terkait perang melawan perdagangan narkoba, Menlu RI menyampaikan perdagangan narkoba berkontribusi terhadap ketidakstabilan kawasan. Oleh sebab itu, kerja sama antara negara asal, transit, dan destinasi narkoba sangat dibutuhkan. Indonesia tidak akan membiarkan negaranya menjadi pasar bagi kejahatan narkoba.
Menlu Retno pun menyoroti tentang pentingnya kerja sama dalam menangani ilegal fishing. Ia mengatakan, sebagai negara kelauatan, Indonesia telah cukup banyak menelan kerugian akibat aktivitas ilegal fishing. Terkait hal ini, Menlu Retno mengajak kerja sama konkret dari ASEAN untuk mengatasi ilegal fishing.
Mengakhiri pernyataan pada sesi pleno KTM ASEM, Menlu Retno menekankan pentingnya agar berbagai konflik dan krisis dapat segera diselesaikan guna menjaga perdamaian kawasan masing-masing. Menlu Retno kembali menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus mendukung penyelesaian masalah Rohingya di Rakhine State, Myanmar.
Sebab menurutnya perdamaian memainkan peran penting dalam hal pembangunan berkelanjutan. "Tanpa perdamaian tidak ada pembangunan berkelanjutan dan tanpa pembangunan perdamaian dapat terancam, ujarnya.
ASEM didirikan di Bangkok, Thailand pada tahun 1996. Saat ini ASEM beranggotakan 21 negara Asia, 30 negara Eropa, Sekretariat ASEAN, dan Uni Eropa.