REPUBLIKA.CO.ID, Seorang anak seusia 12 atau 13 tahun sudah dapat melawan sekelompok perampok berkuda dan membuat mereka kehilangan akal. Dia adalah Salamah bin Akwa ra. Bukan saja barang rampokan mereka yang tertinggal, bahkan barang mereka sendiri pun tertinggal.
Dikisahkan dari Buku yang berjudul “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a. Ghabah adalah suatu tempat sekitar 4 atau 5 mil dari Madinah. Rasulullah SAW biasa membiarkan unta-untanya digembalakan di sana. Suatu ketika, sekelompok orang kafir yang dipimpin oleh Abdurrahman Fazari telah merampok unta-unta tersebut dan membunuh penggembalanya. Para perampok itu berkuda dan bersenjata.
Pagi itu, kebetulan Salamah bin Akwa ra sedang berjalan-jalan sendirian di hutan sambil membawa panahnya. Secara kebetulan, ia melihat perampokan tersebut. Salamah ra terkenal dengan kecepatan berlarinya yang tak tertandingi.
Dengan kecepatan berlarinya itu, ia dapat menangkap seekor kuda yang sedang berlari kencang. Jika ia sudah berlari, bahkan kuda pun tidak dapat mengejarnya. Selain itu, ia juga terkenal dengan kehebatannya dalam memanah.
Salamah ra segera menuju ke bukit yang menghadap Kota Madinah. Lalu, ia berteriak sekuat tenaga untuk memberitahu tentang perampokan tersebut. Kemudian, ia mempersiapkan panahnya dan mengejar para perampok itu.
Ketika hampir mendekati para perampok, ia menyerang mereka dengan anak-anak panahnya, sehingga para perampok itu mengira bahwa yang mengejar mereka adalah sebuah pasukan besar. Padahal, hanya Salamah ra seorang diri. Ia terus mengikuti para perampok itu sambil menghujaninya dengan anak panah.
Jika ada perampok yang menoleh ke belakang, ia segera bersembunyi di balik pepohonan. Dari balik pohon itu ia memanahi kuda-kuda mereka, sehingga hewan tersebut terluka. Akhirnya mereka berpikir, “Jika kudaku jatuh aku akan tertangkap.”
Salamah berkata, “Aku terus mengejar para perampok, dan mereka terus berlari sehingga unta-unta yang telah mereka rampok tertinggal di belakangku. Bahkan mereka juga meninggalkan 30 buah lembing dan 30 helai kain.”
Pada saat itu, Uyainah bin Hishain, salah seorang perampok dari golongan lain telah datang membantu mereka, sehingga kekuatan para perampok bertambah. Akhirnya, mereka mengetahui bahwa Salamah ra hanya seorang diri. Kemudian mereka pun menyusun sebuah kelompok untuk mengejar Salamah ra.
Salamah ra segera menaiki sebuah bukit, ketika mereka hampir mendekatinya, ia berkata, “Tunggulah sebentar dengarlah kata-kataku. Tahukah kamu siapa aku?” Mereka bertanya, “Siapa kamu?” Jawab Salamah ra, “Aku adalah Ibnu Akwa, demi Allah Yang jiwa Muhammad SAW di tangan-Nya, jika kalian ingin menangkapku, maka kalian tidak akan dapat menangkapku. Tetapi jika aku menginginkan salah seorang dari kalian, maka orang itu tidak akan lolos dariku (sebab ia terkenal dengan kecepatan larinya, sehingga kuda Arab yang tercepat pun tidak dapat menandinginya).
Salamah ra bercerita, “Demikianlah aku berbicara kepada mereka agar dapat menunggu datangnya bantuan. Aku berharap, semoga kaum Muslimin segera datang membawa bantuan, karena teriakanku tadi.
Kemudian datang pasukan berkuda, dan yang terdepan adalah Akhram Asadi ra. Ia datang dan langsung menyerang pemimpin perampok, yaitu Abdurrahman Fazari. Abdurrahman Fazari pun membalas serangan Akhram ra. Akhram menyerang kuda Abdurrahman Fazari sehingga kaki kudanya patah dan Abdurrahman pun terjatuh. Pada saat terjatuh, Abdurrahman menyerang Akhram ra sehingga ia mati syahid.
Akhirnya, kuda Akhram ra diambil oleh Abdurrahman. Tiba-tiba Abu Qatadah ra menyerang Abdurrahman dari belakang. Abdurrahman pun menyerang kaki kuda Abu Qatadah ra sehingga ia terjatuh dari kudanya. Ketika terjatuh, Abu Qatadahra berhasil menyerang Abdurrahman sampai tewas. Lalu kudanya dikendarai oleh Abu Qatadah ra yang sebelumnya milik Akhram ra.
Dalam riwayat yang lain ditulis bahwa sebelumnya Salamah ra menahan Akhram ra agar menunggu terlebih dahulu kedatangan teman-temannya. Namun dijawab oleh Akhram, “Biarlah aku mati syahid.” Diriwayatkan bahwa yang mati syahid pada peristiwa itu hanya Akhram ra sedangkan dari pihak perampok banyak yang mati.
Tidak lama kemudian datanglah bala bantuan dari kaum Muslimin sehingga para perampok segera melarikan diri. Salamah ra meminta kepada Rasulullah SAW agar diberi seratus orang pasukan untuk mengejar mereka. Beliau menjawab, “Mereka mungkin sudah berkumpul dengan kelompoknya.” Kebanyakan ahli Tarikh menulis bahwa usia Salamah ra ketika itu 12 atau 13 tahun.