REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Akademisi Universitas Warmadewa Denpasar I Nyoman Wiratmaja mengatakan untuk membangun Bali, perlu dilakukan secara holistik. Artinya, bukanlah berarti membangun kota dan kabupaten di Pulau Dewata dengan pola dan cara yang seragam. "Pasalnya, setiap daerah mempunyai potensi dan karakteristik berbeda-beda sehingga perlu pendekatan yang mengedepankan jati diri dan membangkitkan potensi masing-masing wilayah," kaI Nyoman Wiratmaja di Denpasar, Selasa (21/11).
Menurut dosen di Fisipol Universitas Warmadewa, kesenjangan pembangunan antardaerah di Provinsi Bali merupakan hal terpenting yang harus segera dicarikan jalan keluarnya (solusi). "Prioritas pembangunan adalah menjaga agar angka-angka indeks pembangunan Bali berada di atas rata-rata nasional," ucapnya.
Misalnya, indeks pembangunan manusia (IPM) Bali yang saat ini di atas angka nasional. Angka yang menggambarkan tingkat kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan. Hal senada dengan Wiratmaja, akademisi Universitas Pendidikan Nasional Denpasar I Nyoman Subanda mengatakan bahwa pembangunan Bali secara holistik sebenarnya sudah dimulai oleh para pemimpin terdahulu.
"Misalnya, diselenggarakan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang melibatkan seluruh elemen masyarakat kota dan kabupaten sehingga hasilnya sekarang seniman dan kesenian tumbuh secara merata di semua kabupaten dan kota," ucapnya.
Begitu pula, pembangunan perekonomian yang berbasis Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang di mulai sejak 1980-an, telah mampu membangkitkan perekonomian warga. "Secara holistik pembangunan ekonomi melalui LPD merupakan gagasan cerdas pemimpin terdahulu dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat Bali," katanya.