REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pakar nutrisi Fasli Jalal mengatakan, Indonesia menjadi negara kelima terbesar di dunia yang memproduksi bayi dan balita bertubuh pendek (stunting).
Fasli mengatakan, stunting menjadi masalah hingga total 72 negara tidak terkecuali Indonesia. Ia menyebut berdasarkan data The Lancet Maternal and Child Undermutrition Series 2008 lalu, sebanyak 178 juta anak-anak usia dibawah lima tahun menderita stunting.
Sementara di Indonesia hampir 9 juta anak atau lebih dari sepertiga bawah lima tahun (balita) di Indonesia mengalami stunting dan semakin ke wilayah timur Indonesia, semakin banyak penderita stunting. Ia menyebut angka stunting di Tanah Air hingga 37,2 persen berdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas) 2013 lalu. Data itu tidak mengalami banyak perubahan sejak tujuh tahun lalu.
"Indonesia menjadi negara kelima terbesar di dunia yang menghasilkan (balita) stunting. Bahkan prevalensi stunting di Indonesia disamakan dengan negara-negara di Afrika seperti Burundi, Nepal, Kenya," katanya saat diskusi mengenai stuntingIMA World Health, di Jakarta, Selasa (21/11).
Padahal, kata dia, jika bayi yang lahir dalam kondisi stunting maka perkembangan otak dan fisik. Ia menyebut kekurangan gizi dalam waktu 1.000 hari pertama kehidupan bisa menjadi penyebab stunting.
Ia menerangkan otak penderita stunting menjadi mengecil dan akhirnya bisa kehilangan10-15 poin IQ. Guru besar Universitas Negeri Jakarta inimenambahkan anak ini nantinya bisa terlambat masuk sekolah. Selain itu anak yang stunting mudah mengalami obesitas karena perubahan metabolisme.