REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Surat pengunduran diri Presiden Zimbabwe Robert Mugabe yang dibacakan ketua parlemen tidak menyebutkan siapa yang ditunjuknya untuk memimpin negara itu. Ketua parlemen menambahkan ia sedang bekerja menangani masalah hukum untuk memastikan sudah akan ada pemimpin baru pada Rabu (22/11).
Robert Mugabe, Selasa (21/11), akhirnya mundur dari jabatan presiden Zimbabwe, tak lama setelah parlemen memulai proses pemakzulan untuk mengakhiri era kekuasaannya selama hampir 40 tahun.
Presiden berusia 93 tahun itu sebelumnya selama satu pekan bersikeras mempertahankan jabatannya setelah militer mengambil alih kekuasaan serta ia dipecat dari partai pimpinannya yang berkuasa, ZANU-PF yang juga memintanya untuk melepaskan jabatan.
Pengunduran diri Mugabe dirayakan meriah di parlemen ketika Ketua Parlemen Jacob Mudenda mengumumkan presiden Zimbabwe itu sudah mundur. Dengan demikan, parlemen menghentikan proses pemakzulan.
Kejatuhan Mugabe yang tiba-tiba itu lebih karena berawal dari persaingan di antara kalangan elite berkuasa di Zimbabwe yang ingin menggantinya, bukan dari aksi-aksi unjuk rasa yang menentangnya.
Militer mengambil alih kekuasaan setelah Mugabe memecat sosok favorit ZANU-PF untuk menggantikannya, Emmerson Mnangagwa, untuk membuka jalan bagi istrinya, Grace (52 tahun), maju ke kursi kepresidenan.
Grace Mugabe oleh para penentangnya dijuluki "Gucci Grace" atas reputasinya yang kerap berbelanja barang-barang mewah. Mnangagwa, mantan kepala keamanan yang dikenal sebagai "Buaya", diperkirakan akan mengambil alih jabatan sebagai presiden negara itu.
Warga Gembira dan Bersorak Sambut Mundurnya Mugabe