REPUBLIKA.CO.ID, KLUNGKUNG -- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klungkung, Putu Widiada mengatakan masyarakat di sekitar Gunung Agung kembali ke pengungsian, seperti di Gedung Olah Raga (GOR) Swecapura. Mereka mulai mengungsi pada Selasa (21/11) malam, namun jumlahnya sedikit.
"Mereka mulai datang mengungsi Selasa malam, kurang dari 40 orang," katanya, Rabu (22/11).
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) hingga Selasa (21/11) malam mendata jumlah pengungsi di sembilan kabupaten kota di Bali mencapai 29.245 orang. Mereka tersebar di 278 titik. Jumlah ini mengalami peningkatan 60 jiwa dibanding sehari sebelum terjadi letusan freatik Gunung Agung, yaitu 29.184 jiwa dengan total titik sebaran sama.
Jumlah pengungsi di Karangasem mencapai 11.336 jiwa di 92 titik pengungsian. Berikutnya adalah pengungsi di Buleleng (4.176 jiwa di sembilan titik), Klungkung (2.958 jiwa di 32 titik), Bangli (3.536 jiwa di 53 titik), Tabanan (766 jiwa di tujuh titik), Denpasar (1.472 jiwa di 35 titik), Gianyar (3.822 jiwa di delapan titik), Badung (549 jiwa di lima titik), dan Jembrana (630 jiwa di 37 titik).
Daerah yang diperkirakaan terdampak jika erupsi Gunung Agung, antara lain Desa Ban (Dusun Banjar Belong, Pucang, dan Pengalusan), Desa Sebudi (Dusun Banjar Badeg Kelodan, Badeg Tengah, Badegdukuh, Telunbuana, Pura, Lebih, dan Sogra). Berikutnya adalah Desa Besakih (Dusun Banjar Kesimpar, Kidulingkreteg, Putung, Temukus, Besakih, dan Jugul), Desa Buana Giri (Dusun Banjar Bukitpaon dan Tanaharon), Desa Jungutan (Dusun Banjar Yehkori, Untalan, Galih, dan Pesagi), dan sebagian wilayah Desa Dukuh.
Gunung suci umat Hindu Bali mengeluarkan asap hitam cukup tebal setinggi 700 meter setelah letusan freatik terjadi Selasa (21/11) sore. Letusan freatik terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi. Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke dalam tanah di dalam kawah kemudian kontak langsung dengan magma. Letusan freatik disertai dengan asap, abu dan material yang ada di dalam kawah.
Letusan tipe ini sulit diprediksi karena bisa terjadi tiba-tiba, bahkan tanpa disertai tanda berupa meningkatnya aktivitas kegempaan. Sejumlah gunung berapi di Indonesia bahkan meletus freatik saat status gunung masih di level dua atau waspada, seperti letusan Gunung Dempo, Dieng, Marapi, Gamalama, dan Merapi.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement