Rabu 22 Nov 2017 12:59 WIB

Aset Holding BUMN Pertambangan Diperkirakan Rp 90 Triliun

Hasil produksi PT Inalum. Inalum akan menjadi holding BUMN pertambangan.
Foto: medantalk.com
Hasil produksi PT Inalum. Inalum akan menjadi holding BUMN pertambangan.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Aset dari holding perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) bidang pertambangan diperkirakan akan berkisar pada nilai Rp 90 triliun.

"Ya sekitar itu, Rp 90 triliun, itu nanti yang akan dimanfaatkan untuk mengelola kekayaan mineral dan batu bara di Indonesia," kata Presiden Direktur PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Budi G Sadikin, di Bengkulu, Rabu (22/11).

Saat ini, menurutnya lagi, holding tambang BUMN masih menyusun strategi perencanaan tujuan hingga jangka waktu periode tiga bulan ke depan. Sementara itu, terkait dengan target dari holding tambang dalam jangka panjang adalah membidik naik peringkat dari posisi saat ini pada angka 50-an naik hingga posisi 12 setidaknya.

Pembentukan induk usaha (holding) BUMN pertambangan diharapkan memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan, sehingga tercipta BUMN industri pertambangan yang mampu menjadi pemain regional.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry Sampurno mengatakan sinergi BUMN pertambangan ini juga diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan kekuatan finansial, sehingga memudahkan pengembangan usaha khususnya di bidang hilirisasi.

Menurut Harry, sesuai rencana ada tiga anggota perusahaan induk BUMN pertambangan, yakni PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk akan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 29 November 2017.

Agenda RUPSLB adalah untuk melakukan perubahan anggaran dasar sehubungan dengan telah beralih kepemilikan mayoritas dari semula Negara RI menjadi kepemilikan PT Inalum (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki negara.

"Agenda utama RUPSLB adalah untuk meminta persetujuan pemegang saham terhadap adanya perubahan pemegang saham ke PT Inalum (Persero) yang 100 persen dimiliki negara," ujar Harry.

Meski berubah statusnya, ketiga anggota perusahaan induk itu tetap diperlakukan sama dengan BUMN untuk hal-hal yang sifatnya strategis, sehingga negara tetap memiliki kontrol terhadap ketiga perusahaan itu, baik secara langsung melalui saham dwiwarna maupun tidak langsung melalui PT Inalum (Persero) yang 100 persen sahamnya dimiliki oleh negara. Hal itu diatur pada PP 72 Tahun 2016.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement