REPUBLIKA.CO.ID, Umar ibn Al-Khathab adalah pemimpin yang menjadi teladan umat, baik dalam hal dunia maupun akhirat. Banyak kisah hidup Umar ra yang mencerminkannya sebagai pemimpin kala itu. Salah satu kisahnya yakni dalam hal penimbangan minyak wangi.
Dikisahkan dari Buku yang berjudul “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a.bahwa suatu ketika, Umar ra menerima minyak Misik dari Bahrain. Ia berkata, “Adakah orang yang bersedia menimbangnya untuk dibagikan kepada kaum muslimin?” Istrinya yang bernama Atikah r.ha berkata, “Aku akan menimbangnya.” Umar ra diam saja, lalu bertanya lagi, “Siapakah yang akan menimbang minyak Misik ini untuk dibagikan?” Sekali lagi, istrinya menjawab dengan jawaban yang sama. Umar ra tetap diam.
Pada yang ketiga kalinya, barulah Umar berkata, “Aku tidak suka jika engkau menyentuh Kasturi itu dengan tanganmu ketika engkau meletakkannya di timbangan, karena minyak itu akan melekat di tanganmu, lalu engkau menyapukannya ke badanmu, karena berarti aku memperoleh bagian yang melebihi hakku.”
Inilah sikap hati-hati yang sempurna, yakni dengan berusaha menyelamatkan diri dari posisi yang dapat menimbulkan tuduhan. Padahal, siapa saja yang menimbangnya tentu akan terkena tangannya, dan tidak ada keraguan lagi bahwa yang demikian itu dibolehkan. Walaupun demikian, Umar ra melarang istrinya berbuat demikian.