Kamis 23 Nov 2017 05:45 WIB

Pameran, Cara Muslim Selandia Baru Perkenalkan Islam

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Pemuda Muslim Selandia Baru
Foto: newswire
Pemuda Muslim Selandia Baru

REPUBLIKA.CO.ID, TAUPO -- Sebuah pameran tentang Islam digelar di komunitas Taupo, sebuah kota di tepi Danau Taupo di tengah Pulau Utara Selandia Baru, pada akhir pekan. Ini adalah pameran Muslim pertama yang diadakan di Taupo dan sejauh ini akan menjadi pameran ke-11 yang berlangsung di Selandia Baru.

Selama beberapa pekan terakhir, Menteri uusan Agama yang juga Imam Muslim, Mustenser Qamar, telah mengatur acara pameran Islam. Pameran itu diselenggarakan agar masyarakat mendengar secara langsung tentang ajaran Islam yang sebenarnya mudah dipahami.
 
Qamar mengatakan, inisiatif Islam Sejati itu diadakan agar orang mengajukan pertanyaan tentang Muslim dan Islam dari mereka yang berada pada komunitas yang paling mengenalnya. Karena itu, menurutnya, inti dari pameran di Taupo ini ialah dalam rangka mendorong dialog dan menghilangkan kesalahpahaman tentang Muslim dan agama Islam.
 
"Ini semua tentang membangun jembatan. Rasanya ada peningkatan kesalahpahaman, meski Selandia Baru merupakan tempat yang damai," kata Qamar, dilansir dari Stuff, Rabu (22/11).
 
Pada pamaren itu akan ada sesi yang membuat orang-orang memahami ajaran Islam yang sebenarnya. Di samping, juga mempromosikan perdamaian, toleransi dan pemahaman. Qamar mengatakan, pendidikan adalah langkah pencapaian sebuah kesuksesan. Karena itu, ia mengatakan penting bagi masyarakat memahami ajaran sejati tentang Islam. Sehingga, mereka tidak menerima atau mentolelir ujaran kejahatan dan kebencian.
 
"Hanya karena satu orang melakukan sesuatu yang buruk dan mereka beragama Islam, tidak berarti mereka mewakili siapa kita sebagai sebuah komunitas. Jika seseorang tidak mengikuti hukum yang diajarkan, itu seharusnya bukan representasi dari kita sebagai Muslim," lanjutnya.
 
Qamar mengatakan, sejak April lalu ia telah bertemu dengan lebih dari 200 orang dan telah menghabiskan waktu sekitar dua jam untuk berbicara dengan mereka masing-masing. Pada awalnya, Qamar mengatakan orang-orang merasa ragu lantaran mereka takut salah bersikap atau tidak tahu harus berkata apa.
 
"Tapi ini membantu membangun pemahaman tentang pandangan yang berbeda, dan setelah orang mulai berbicara, mereka menjadi lebih rileks dan menjadi diri mereka sendiri," ujarnya.
 
Sang Imam mengatakan, bahwa Al Qur'an telah diterjemahkan ke dalam 75 bahasa. Sedangkan 50 di antaranya akan ditampilkan saat pameran berlangsung. Termasuk, terjemahan bahasa asli Selandia Baru, Te Reo Maori, yang telah memakan waktu 20 tahun lamanya untuk diterjemahkan.
 

Namun yang menjadi tantangan, menurut Qamar, adalah cara untuk membuat orang datang dan melihat mereka. Ia menilai, orang-orang umumnya tidak merasa santai dan tenang karena mereka tidak mengetahui apa yang akan terjadi dalam dialog tersebut. Namun, setelah bercakap-cakap kemudian, suasana menjadi cair. Pada sesi dialog tersebut, baik pria maupun wanita akan dipersilakan untuk mengajukan pertanyaan atau sekedar melakukan perbincangan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement