Kamis 23 Nov 2017 11:24 WIB

Israel Tangkap Lima Anggota Fatah

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Tentara Israel.
Foto: REUTERS / Mussa Qawasma
Tentara Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kepolisian Israel kembali melakukan penangkapan dan penahanan terhadap belasan warga Palestina di Yerusalem Timur yang diduduki. Lima orang di antara mereka yang ditangkap adalah anggota Fatah.

Operasi penangkapan ini dilaporkan terjadi pada Selasa (21/11). Dalam pernyataannya, kepolisian Israel mengungkapkan penangkapan terhadap warga Palestina dan anggota Fatah tersebut dilakukan karena mereka dicurigai melakukan penyelidikan rahasia tentang pelanggaran kesepakatan sementara antara pemerintah Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang biasa dikenal dengan Kesepakatan Oslo II pada 1995.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, Otoritas Palestina diberi beberapa wewenang dan tanggung jawab terbatas di Wilayah A dan B Tepi Barat. Kemudian diterangkan pula tentang prospek negosiasi mengenai penyelesaian akhir konflik Palestina-Israel berdasarkan Resolusi 242 dan 338 Dewan Keamanan PBB.

Selain karena penyelidikan, penangkapan juga dipicu oleh kabar tentang adanya sensus penduduk di Yerusalem yang dilakukan Otoritas Palestina. Israel mengklaim pekerjaan tersebut adalah ilegal. Lima anggota Fatah dibekuk dalam operasi ini.

Dari lima anggota Fatah yang ditangkap, satu di antaranya adalah Hatel Abdel Qader, seorang anggota Dewan Legislatif Palestina untuk distrik Yerusalem. Qader dan satu anggota Fatah lainnya, yakni Arafat Musa dibebaskan pada Rabu (22/11), dengan membayar uang jaminan sebesar 570 dolar AS. Kendati demikian keduanya berstatus tahanan rumah dalam jangka waktu lima hari setelah dibebaskan.

Sedangkan tiga anggota Fatah lainnya, yakni Aseel Hasoneh, Issam Khatib, dan Musab Abbas ditahan oleh otoritas keamanan Israel. Ketiganya dilaporkan akan dibebaskan pada 27 November mendatang.

Terkait dengan tudingan Israel tentang adanya sensus penduduk oleh Otoritas Palestina di Yerusalem, Biro Statistik Palestina membantah ha ltersebut. Juru bicara Biro Statistik Palestina Louay Shehadeh mengatakan saat ini Palestina memang tengah melakukan sensus penduduk, tapi belum merambah warga di Yerusalem.

"Kami telah mempersiapkan melakukan sensus penduduk di Tepi Barat dan Jalur Gaza sejak Juni, namun kami hanya beroperasi di pinggiran kota, seperti Abu Dis, al-Ram, dan Ezariya. Penahanan anggota Fatah oleh Israel tidak ada hubungannya dengan sensus penduduk," ungkap Shehadeh, dilaporkan laman Aljazirah, Kamis (23/11).

Ia mengatakan fase sensus berikutnya akan dimulai pada 1 Desember mendatang. Sensus ini direncanakan rampung pada 24 Desember.

Menurut Amjad Abu Asab, seorang aktivis Palestina yang mengikuti urusan penangkapan dan penahanan warga Palestina, penangkapan baru-baru ini oleh kepolisian Israel jelas merupakan pesan khusus untuk Biro Statistik Palestina agar mereka tidak beroperasi di Yerusalem Timur. Dan ini sebuah pesan kepada Otoritas Palestina mereka sedang dijadikan sasaran.

Adnan Gheith, seorang anggota Fatah turut mengomentari tentang penangkapan warga Palestina, termasuk di dalam rekan-rekannya. Ia menilai penangkapan tersebut merupakan bagian dari kampanye untuk membatasi kegiatan Otoritas Palestina di Yerusalem Timur.

Sejauh ini kami tidak memiliki informasi untuk alasan penahanan mereka. Namun pendudukan Israel bekerja untuk mengekang kehadiran serta aktivitas Otoritas Palestina dan PLO di dalam Yerusalem.

Ia menduga Israel memiliki motif terselubung dari pengekangannya terhadap aktivitas atau kegiatan Otoritas Palestina di Yerusalem, yakni mengontrol Masjid Al-Aqsa. "Pendudukan Israel bekerja untuk lebih menguasai Al Aqsha," ucapnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement