REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Musyawarah Nadhatul Ulama (NU) dengan sedikit cerita dari para ulama Afghanistan yang berkunjungan ke Istana Kepresidenan di Bogor dua hari lalu. Kedatangan para ulama tersebut untuk melihat dan belajar perdamaian yang ada di Indonesia.
Jokowi menceritakan kepada para tamu yang hadir dari perwakilan Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan bahwa Indonesia memiliki kawasan yang sangat luas dan memiliki sekitar 17 ribu pulau, beragam agama dan kepercayaan, serta bahasa lokal yang mencapai 1.100. Indonesia pun masuk sebagai salah satu negara dengan mayoritas penduduk Muslim.
Selain bertemu dengan Jokowi, perwakilan ini juga diajak menyambangi sejumlah pondok pesantren (Ponpes). Mereka diperlihatkan bagaimana keadaan Ponpes yang sejuk dan damai. "Presiden Jokowi, kami kagum dengan beragam agama ini, tapi Indonesia sampai sekarang tetap bersatu," ujar Jokowi mencontohkan ungkapan salah satu perwakilan Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan, Kamis (23/11).
Mereka, lanjut Jokowi, bercerita bahwa hanya ada tujuh suku yang bermukim di Afghanistan. Namun, karena konflik dan kepentingan masing-masing suku hingga kini konflik tersebut terus hidup. Bahkan perang di negara tersebut sudah dimulai sejak 1973.
Melihat hal ini, Jokowi menegaskan bahwa pemerintah Indonesia akan berperan untuk menjadi mediator guna ikut serta memediasi pertikaian yang ada ada di sana. "Dan saya bilang Insha Allah saya sanggupi," kata Jokowi.
Menurutnya, selain kedatangan perwakilan dari Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan bukan menjadi akhir kedatangan para ulama Afghanistan. Dalam beberapa waktu ke depan Jokowi juga akan mengundang sejumlah ulama dari masing-masing kelompok seperti Taliban.