Kamis 23 Nov 2017 19:41 WIB

Berburu 5.000 Doktor di IIEE 2017

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
International Islamic Education Exhibition (IIEE) 2017 di ICE BSD, Tangerang Selatan.
Foto: Muhyiddin
International Islamic Education Exhibition (IIEE) 2017 di ICE BSD, Tangerang Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Pemerintah Indonesia ingin menghasilkan 5.000 doktor di berbagai disiplin ilmu dalam waktu lima tahun. Keinginan tersebut dibuktikan dalam International Islamic Education Expo (IIEE) atau Pemeran Pendidikan Islam Internasional 2017 di ICE BSD, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, 21-24 November 2017.

Dalam ajang yang digelar Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) tersebut, masyarakat Indonesia dapat berburu beasiswa program doktoral ke berbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Karena, sejumlah kampus penyedia beasiswa membuka stan pendaftaran bagi mahasiswa yang ingin meraih beasiswa doktoral baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Tercatat, setidaknya ada 18 kampus Australia dan Eropa yang membuka pendaftaran dalam pameran pendidikan Islam yang diklaim terbesar dalam sejarah itu. Di antaranya University of South Australia, University of Western Australia, Curtin University, London Southbank University, University of Nottingham, University of Glasgow, University of Leeds, University of Sheffield, Victoria University, dan Conventry University.

Bussiness Development Officer Curtin University Australia, Patricia Kelly mengatakan bahwa pihaknya membuka pendaftaran bagi calon mahasiswa doktoral untuk tahun pemberangkatan 2018. Sejauh ini, ada sekitar 12 mahasiswa yang sudah diberangkatkan pemerintah ke Curtin University. Tahun ini untuk beasiswa kerja sama dengan Kementerian Agama baru angkatan pertama. "Sekarang dalam proses pemberangkatan. Untuk tahun 2018, pendaftaran sudah dibuka," ujarnya, Kamis (23/11).

Menurut Patricia, beasiswa pemerintah untuk Program 5.000 doktor tersebar dalam berbagai jurusan. Calon mahasiswa S3 atau doktoral yang ingin mendaftar beasiswa, harus memilik riset yang mengandung inovasi dan tidak keluar dari 11 topik riset yang sudah ditentukan. "Beasiswa itu bukan hanya untuk studi Islam, tapi juga bisnis, teknologi, kesehatan, dan lain-lain," ucapnya.

Sementara, salah satu kandidat doktor di University of South Australia Arnis Silvia mengatakan, bagi mahasiswa studi Islam, Program 5000 doktor yang digagas pemerintah sangat signifikan untuk mempromosikan Islam moderat kepada dunia. Menurutnya, dengan menjadi peserta beasiswa, calon mahasiswa sekaligus menjadi representasi Muslim Indonesia yang moderat dan toleran.

"Saya dan teman-teman yang tergabung dalam program ini menjadi agen untuk merepresentasikan Muslim Indonesia di luar negeri. Bahwa ternyata Islam itu tidak seperti yang mereka kira. Sehingga mereka mempuyai pandangan baik tentang Islam, oh ternyata Islam itu bagus," kata Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini

Ia berharap, program 5.000 doktor ini menjadi titik tolak cita-cita besar menjadikan Indonesia sebagai kiblat studi Islam dunia. Pasalnya, semakin banyak doktor yang dihasilkan, maka Indonesia semakin dipandang dunia. Siap atau tidak siap, Indonesia harus mengarah ke situ jika ingin menjadi kiblat studi Islam dunia selain Barat dan Arab, jelas perempuan asal Jember, Jawa Timur.

Program 5.000 Doktor merupakan program unggulan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Program yang pertama kali diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada Desember 2014 ini memberikan bantuan studi S3 bagi para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk melanjutkan studi di kampus dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam program yang dicanangkan selama lima tahun ini, setiap tahun Kementerian Agama menyediakan 1.000 beasiswa S3, dengan rincian 750 untuk beasiswa dalam negeri dan 250 untuk luar negeri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement