Kamis 23 Nov 2017 19:44 WIB

Nuansa Pedesaan Warnai Pesta Adat Bobby/Kahiyang di Medan

Rep: Issha Harruma/ Red: Yudha Manggala P Putra
Bobby-Kahiyang mengikuti prosesi mangupa atau upa-upa, yaitu upacara adat yang berisi doa, pesan-pesan dan petunjuk kepada kedua pengantin. Setelah itu, keduanya saling menyuapi nasi dan lauk daging kerbau. Hal ini bermakna kasih sayang antarkeduanya.
Foto: Dok. Istimewa
Bobby-Kahiyang mengikuti prosesi mangupa atau upa-upa, yaitu upacara adat yang berisi doa, pesan-pesan dan petunjuk kepada kedua pengantin. Setelah itu, keduanya saling menyuapi nasi dan lauk daging kerbau. Hal ini bermakna kasih sayang antarkeduanya.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sehari jelang pesta adat Bobby Nasution-Kahiyang Ayu di Medan, berbagai persiapan terus dilakukan keluarga dan panitia. Seluruh dekorasi sudah hampir rampung, mulai dari pintu masuk tamu hingga pelaminan kedua mempelai.

Sejumlah pekerja pun tampak sibuk menyelesaikan beberapa bagian pada tenda utama, Kamis (23/11). Mereka mengerjakan pintu masuk tamu, lorong menuju tenda utama hingga pemasangan pernak-pernik dekorasi.

Nuansa pedesaan mewarnai dekorasi di sepanjang lorong menuju tenda utama. Berbagai hiasan, seperti dedaunan dan lampu hias dari anyaman bambu, serta dinding tepas dan bambu tampak di setiap sudut.

Di pintu masuk untuk tamu umum, tampak gapura dengan papan bertuliskan Horas Tondi Madingin Pirtondi Matogu Saur Matua Bulung menyambut. "Ini artinya, selamat sejahtera, jangan ada yang menghalangi. Semoga selamat sampai kakek nenek," kata salah seorang sesepuh adat Mandailing, Sudirman Lubis, Kamis (23/11).

Di pintu tersebut juga didirikan dua pohon pisang lengkap dengan buah dan jantungnya. Sudirman mengatakan, pohon tersebut merupakan tanda digelarnya pesta adat. "Pohon pisang ini menandakan bahwa pesta ini Horja Godang atau pesta besar," ujar dia.

Berjalan masuk, pelaminan khas Mandailing berdiri megah menyambut di tenda utama. Pelaminan dengan lebar 15 meter dan tinggi empat meter itu didominasi warna merah, hitam dan emas.

Dekorator pelaminan adat tersebut, Neneng mengatakan, pelaminan itu akan menjadi tempat atau rumah untuk Gordang Sambilan yang akan ditabuh saat menyambut Presiden Joko Widodo pada 25 November 2017. "Rencananya untuk gordang sambilan. Sudah rampung 90 persen, tinggal pasang bunga aja," kata Neneng.

Selain untuk Gordang Sambilan, ada juga pelaminan utama yang akan diduduki kedua mempelai selama acara berlangsung. Namun, pelaminantersebut masih ditutup kain karena belum selesai. Beberapa pohon buatan pun menambah kesan sejuk di dalam tenda utama. Beberapa lampu kristal juga tampak menghiasi bagian atas tenda.

Salah seorang panitia, Lidang Panggabean menyebutkan, ada dua pintu masuk saat acara resepsi nanti. Keduanya, yakni pintu VIP untuk para menteri dan pejabat tinggi negara serta pintu umum untuk tamu undangan biasa.

Penanggung jawab dekorasi, Jhon Sutani membenarkan jika nuansa pedesaan khas Tapanuli Selatan akan ditonjolkan di lokasi resepsi. Jhon mengatakan, properti yang akan digunakan juga akan berbau pedesaan, seperti kendi, tampi dan kotak- kotak. Berbagai jenis bunga asli pun akan menghiasi pelaminan nantinya, seperti bunga lavender, casablanca serta bunga mawar.

"Beberapa saung atau pondok-pondok, padi dan pisang seperti di pedesaan akan dipasang di beberapa sudut ruangan dan ditambah dengan alat tenun lengkap dengan penenunnya. Jadi, kami tonjolkan nuansa pedesaannya," kata Jhon.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement