Jumat 24 Nov 2017 01:11 WIB

Secercah Harapan untuk THR Sriwedari

Rep: Andrian Saputra/ Red: Andri Saubani
Direktur Utama Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari Sinyo Sujarkasi duduk di arena komedi putar, Kamis (12/10).
Foto: Republika/Andrian Saputra
Direktur Utama Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari Sinyo Sujarkasi duduk di arena komedi putar, Kamis (12/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Raut penuh kegembiraan terpancar di wajah-wajah pengunjung Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari Rabu (22/11) malam. Sebagian besar pengunjung yang datang larut dalam keseruan musik dangdut koplo yang dibawakan grup musik Sera. Meski tanpa vokalis Via Vallen, gelaran musik itu tetap meriah. Warga berjoget riang saat pedangdut-pedangdut koplo bergiliran bernyanyi, menggebrak panggung THR Sriwedari untuk terakhir kali, sebelum taman hiburan itu tutup.

Di arena permainan pun tak kalah ramai. Seperti di arena permainan lempar gelang, pengunjung terlihat mengantre. Mereka sabar menunggu untuk melemparkan gelang-gelang bambu dengan sasaran minuman botol. Jika mujur, yang mampu melempar gelang hingga masuk sempurna ke dalam botol berhak atas hadiah menarik.

Begitu pun di arena roller coaster. Beberapa pengunjung antusias untuk menguji adrenalinnya. Di arena bom-bom car, tawa riang pengunjung pecah ketika salah satu pemain ditabrak pemain lainnya hingga tersudut di arena permainan minimobil daya listrik itu. Ramai penuh kegembiraan, begitulah suasana THR Sriwedari malam itu.

Suasana itu pun menjalar hingga keruangan Direktur PT Smart Solo, Sinyo Sujarkasi sebagai pengelola THR Sriwedari. Senyum merekah di wajahnya saat memperbincangkan nasib THR Sriwedari pascakeputusan Pemerintah Kota Solo yang meminta agar pengelola mengosongkan tempat itu per 31 Desember mendatang. Meski sebelumnya telah memutuskan  menutup usahanya yang telah beroperasi sejak 31 Maret 1985 silam di Sriwedari, namun kini Sinyo berubah pikiran. Kini ia merasa lebih lega lantaran ada secercah harapan bagi tamah hiburan legendis itu.

Sebab, akhirnya ada Pemerintah Daerah yang memberi izin pendirian THR. Iya kami bersyukur, sudah, sudah ada yang meminta. Daerahnya masih dekat-dekat Solo. "Jadi kita tidak tutup selamanya, hanya pindah tempat saja. Namanya bukan THR Sriwedari lagi karena tak di Solo, THR apa begitu," kata Sinyo.

Sinyo masih merahasiakan lokasi baru THR. Ia ingin membuat kejutan bagi pengunjung setia dan seniman-seniman music yang kerap dating ke THR. Untuk mengenang sejarah panjang THR Sriwedari, sebelum pindah tempat ia berencana mengundang sejumlah komunitas dan seniman musik untuk bersama-sama menggelar tasyakuran dengan memotong nasi tumpeng.

Saat ini, secara bertahap manajemen terus melaukan pembongkaran sejumlah wahana permaian. Wahana permainan yang sudah dibongkar untuk sementara waktu disimpannya di lahan kosong yang disewa manajemen THR di sekitar Solo Baru, Sukoharjo.

Nanti, sebelum tutup di sini dan pindah kia undang yang penikmat koes plus juga untuk potong tumpengan, katanya. Sementara itu terkait nasib karyawan, Sinyo mengatakan akan mengistirahatkan sementara waktu hingga THR resmi berdiri dan beroperasi lagi di tempat baru.

Informasi itu pun sedikit lebih melegakan Chandra, karyawan part time yang bertugas menjaga wahana lempar gelang bambu di THR. Meski belum memperoleh keterangan dari manajemen, ia berharap masih dapat bekerja di tempat tersebut. "Harapannya sih bisa terus kerja ada pemasukan, dan arena saya part time kerjanya kan bisa santai ada waktu luang tiap hari," tuturnya.

Chandra mengatakan, jika rajin masuk bekerja, dalam sebulan ia bisa memperoleh upah Rp 900 ribu. Sementara, jika ia tak mendapat giliran menjaga wahana, Chandra mengisi kekosongannya itu dengan bekerja serabutan lainnya. Itu dilakukannya agar cita-citanya dapat tercapai. "Inginnya kuliah tapi biayanya mahal makannya ngumpulin sedikit-sedikit," tuturnya.

Diketahui, Pemerintah Kota Solo berencana membangun Masjid dan ruang terbuka hijau di lokasi yang saat ini ditempati THR Sriwedari. Pemkot Solo pun tak memberi izin manajemen THR memperpanjang sewa lahan di lokasi itu. Meski begitu, Pemkot Solo menawarkan pada manajemen THR pindah lokasi ke lahan kosong di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ).

Namun, manajemen THR Sriwedari merasa keberatan dengan sejumlah ketentuan yang ditetapkan. Antara lain, terkait durasi sewa lahan yang hanya empat tahun. Selain itu, manajemen THR Sriwedari juga keberatan dengan tingginya pajak dan nilai sewa lahan  yang ditetapkan. Di samping itu, manajemen THR Sriwedari pun pesimis pengunjung THR di lokasi baru akan seramai di Sriwedari. Alhasil, pada 12 Oktober lalu, manajemen THR memutuskan untuk menutup hiburan itu. .

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement