REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Mantan wakil presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa siap disumpah sebagai presiden Zimbabwe pada Jumat (24/11) waktu setempat. Naiknya Mnangagwa ke kursi kekuasaan ini mengakhiri 38 tahun kekuasaan Robert Mugabe di Zimbabwe.
Membangun kembali perekonomian yang hancur dan memulihkan kepercayaan investor akan menjadi agenda utama Mnangagwa. Ia juga harus memulihkan citra pemerintahan, setelah Mugabe secara luas dituduh melakukan pelanggaran HAM dan kecurangan dalam pemilu.
Mnangagwa mendapat julukan "Ngwena", bahasa Shona yang artinya buaya. Buaya merupakan binatang yang terkenal dan cukup ditakuti di Zimbabwe karena sikapnya yang diam dan tanpa ampun.
Dia telah mendukung sikap nasionalisme Mugabe, terutama dorongan memaksa perusahaan asing menyerahkan sebagian besar sahamnya ke orang kulit hitam setempat. Dia mengaku, dia mungkin bukan pelaku pasar pragmatis yang diharapkan banyak investor.
Yang paling kontroversial, Mnangagwa juga bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri pada pertengahan 1980-an, saat Mugabe mengerahkan brigade terlatih Korea Utara (Korut) untuk melawan pemberontak yang setia kepada saingannya, Joshua Nkomo. Kelompok HAM mengatakan 20 ribu warga sipil, sebagian besar berasal dari suku Ndebele, telah terbunuh.
Mugabe membantah melakukan genosida atau kejahatan terhadap kemanusiaan, namun ia mengakui insiden ini adalah momen kegilaannya. Di sini, peran Mnangagwa masih diselimuti misteri.
Movement for Democratic Change sebagai oposisi mengatakan mereka optimistis kepresidenan Mnangagwa tidak akan meniru dan mereplikasi rezim Mugabe. Rezim sebelumnya dianggap sebagai rezim yang jahat, korup, penuh dengan kemerosotan dan tidak kompeten.
Bursa Zimbabwe, yang sebelumnya telah mengalami kenaikan pesat, telah kehilangan 6 miliar dolar AS selama intervensi militer bulan ini, setelah indeks utamanya turun 40 persen. Analis mengatakan bursa akan jatuh lebih jauh lagi sebelum ada pemulihan.
Mugabe (93 tahun) yang memimpin Zimbabwe sejak memperoleh kemerdekaan pada 1980, memutuskan mengundurkan diri pada Selasa (21/11). Sebelumnya tentara telah merebut kekuasaannya dan partai ZANU-PF yang berkuasa telah berbalik melawan dia.
Dua minggu sebelumnya, Mugabe tampaknya berada di atas angin setelah ia memecat Mnangagwa pada 6 November lalu sebagai wakil presiden. Hal itu mendorong Mnangagwa (75) letnan Mugabe yang paling terpercaya, untuk melarikan diri dari negara tersebut dalam ketakutan.
Mnangagwa akhirnya kembali ke Zimbabwe, pada Rabu malam (22/11). Ia menghadapi sorak-sorai kerumunan di Harare dan mengatakan Zimbabwe telah memasuki tahap baru demokrasi. "Orang-orang telah berbicara. Suara rakyat adalah suara Tuhan," katanya kepada ribuan pendukungnya.
Pada Kamis (23/11), Mnangagwa mendesak warga tidak melakukan pembalasan dendam. Beberapa pendukung Mnangagwa telah menyerukan tindakan keras terhadap kelompok G40 yang mendukung Mugabe dan istrinya, Grace.
Selama ini Grace dijuluki sebagai 'Gucci Grace', karena hobinya berbelanja barang-barang mewah. Kebiasan Grace ini dianggap sebagai bentuk penghinaan bagi negaranya yang memiliki tingkat pengangguran 90 persen.
Setelah lengser, Mugabe dan Grace telah mendapatkan kekebalan hukum dan telah memastikan keselamatannya akan terlindungi di Zimbabwe. Hal ini merupakan bagian dari kesepakatan yang diambilnya sebelum mengumumkan mengundurkan diri.