Jumat 24 Nov 2017 17:37 WIB

Indonesia Berpartisipasi pada Penguatan Kerukunan Antaragama

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Agus Yulianto
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla.
Foto: Ist
Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menerima perwakilan dari organisasi Religions for Peace International. Pertemuan tersebut membahas mengenai penguatan kerja sama antaragama.

Deputi Sekretaris Jenderal Religion for Peace International Kyoichi Sugino menilai, Indonesia merupakan negara yang memiliki kekuatan toleransi hubungan antar agama yang baik. Hal ini ditandai dengan adanya inisiatif dari Indonesia yang membangun rumah sakit di Myanmar sebagai upaya upaya untuk menciptakan kerukunan antara Islam dan Budha.

"Kami memiliki tiga langkah konkret untuk kerja sama ini, dimana kita akan bekerja di tiga level yakni level atas, regional, dan bawah" ujar Sugino di Istana Wakil Presiden, Jumat (24/11).

Sugino menjelaskan, kerja sama di level atas yakni bersama-sama membangun sistem edukasi dan dialog antar agama di Myanmar maupun negara lainnya. Kemudian di tingkat regional yakni mendukung penguatan kolaborasi antar komunitas agama Budha dan Islam.

"Kami memiliki perwakilan di tingkat regional Asia, dan kami mendukung segala kegiatan dialog maupun kerja sama antar agama Budha dan Islam," kata Sugino.

Sedangkan, di level bawah kerja sama ini lebih difokuskan kepada pendekatan masyarakat akar rumput melalui edukasi. Sehingga nantinya dapat tercipta harmonisasi antar agama.

Presiden Sekte Budha Jepang Kosho Niwano mengatakan, Indonesia memiliki peran penting dalam perdamaian dunia. Selain itu, Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi perbedaan dan toleransi antar umat beragama.

Niwano mengapresiasi langkah Indonesia membangun rumah sakit di Myanmar. Fasilitas rumah sakit ini nantinya dapat digunakan bagi komunitas budha dan muslim.

"Dengan cara ini, negara kalian (Indonesia) telah menunjukkan suatu model yang bagus untuk membantu masyarakat di negara lain," ujar Niwano.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement