Sabtu 25 Nov 2017 01:23 WIB

Atlet Senior TNI AD Ini Merasa 'Takut' Meski Raih 5 Medali

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andi Nur Aminah
Kontingen Lomba Tembak TNI AD yang berjumlah 62 orang tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jumat (24/11)
Foto: Dok Puspen TNI
Kontingen Lomba Tembak TNI AD yang berjumlah 62 orang tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jumat (24/11)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berhasil menggaet lima medali tertinggi pada gelaran The ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) kategori pistol putera, Lettu infantri Safrin Sihombing justru mengaku merasa takut. Soal senjata, senjata jenis karabin SS2-V2 HB ia sebut mengalahkan senjata M16 teranyar.

"Kalau prestasi itu saya justru takut. Saya takut jadi ada sedikit rasa sombong. Saya paling takut hal-hal seperti itu," ungkap Safrin di Base Ops TNI AU Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Jumat (24/11).

Ketika diwawancara, Safrin masih mengalungkan lima medali berwarna emas di lehernya. Tiga dari lima medali emas tersebut ia dapatkan dari match dalam pertandingan kategori pistol putera. Sedangkan dua lagi ia peroleh dalam kategori individual champion dan overall team. "Untuk kategori pistol putera kita hanya kehilangan satu medali emas saja. Jadi, dari sembilan emas itu kita dapat delapan," terang pria berusia 44 tahun ini.

Safrin merupakan atlet penembak pistol pria paling senior di kontingen TNI Angkatan Darat (AD). Sebagai atlet penembak senior, dari total 27 kali kegiatan AARM dilakukan, Safrin telah mengikuti 10 kali kegiatan yang mempertemukan prajurit negara-negara ASEAN itu. Dari sana, ia tiga kali mendapatkan individual champion dan empat kali runner up. "Kalau Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM) saya sudah enam kali dan tiga kali individual champion," jelas Safrin.

Pada saat berlomba di AARM, Safrin merasa rata-rata peserta di sana berpikir akan mengalami penurunan nilai hampir 10 poin dalam setiap match-nya. Itu lantaran pada tahun ini, lapangan tembak yang digunakan adalah lapangan dalam ruangan, beda dari yang biasanya menggunakan lapangan luar ruangan.

"Tapi ternyata, walaupun tuan rumah menguasai lapangan itu, alhamdulillah kita masih bisa (menang). Walaupun hanya latihan di tiap match itu sehari cuma diberi 10 butir peluru untuk mencoba lapangan," kata dia.

Meski merasa kesulitan karena bertanding di lapangan dalam ruangan itu, Safrin mempunyai cara untuk mengatasinya. Ia menggunakan teropong untuk mengetahui targetnya ada di mana. "Dari seri match satu itu saya selalu menggunakan teropong untuk mengetahui perkenaan saya di mana. Karena sama sekali kita tidak lihat aiming bidikan kita itu di mana," terang dia.

Soal pistol yang ia gunakan, Safrin menyebutkan masih menggunakan pistol buataan Amerika Serikat. Tapi, untuk amunisinya ia menggunakan peluru dari PT Pindad. Ia juga menambahkan, dalam penyempurnaan senjata yang dibuat di dalam negeri, para penembak memiliki andil. "Mulai dari combat ke elite itu kita beri masukan ke Pindad. Soal senjata carabin itu kami sudah yakin," terang dia.

Di ASAAM juga, lanjut Safrin, pihaknya menggunakan senjata jenis SS2-V2 HB itu. Ternyata terbukti, senjata itu membuat Indonesia berhasil mengalahkan lawannya yang menggunakan M16. "Negara lain menggunakan M16 yang terbaru tuh yang fiber. Ternyata masih bisa dilampaui daripada buatan kita sendiri. Kami bangga sebetulnya sebagai penembak pakai produk sendiri," jelas dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement