REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump telah memanfaatkan serangan bom Mesir untuk mempromosikan kebijakannya dalam menerapkan larangan perjalanan ke AS bagi sejumlah negara. Ia juga turut mempromosikan kebijakan membangun tembok perbatasan dengan Meksiko.
"Kita harus menjadi lebih cerdik dan lebih pintar dari sebelumnya, dan kita akan melakukannya. Kita butuh tembok pembatas, butuh larangan perjalanan!" tulis Trump dalam akun Twitter pribadinya, ketika menanggapi serangan bom Mesir.
Sedikitnya 235 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka dalam sebuah serangan di sebuah masjid sufi di wilayah Sinai Utara, Mesir, pada Jumat (24/11). Insiden tersebut tampaknya merupakan serangan teroris paling mematikan yang pernah terjadi di Mesir.
Trump mengatakan dia akan berbicara dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di hari itu juga. Dia diketahui baru saja kembali ke rumahnya di South Florida setelah bermain golf di Trump National Golf Club. "Larangan perjalanan harus jauh lebih besar, lebih ketat, dan lebih spesifik. Tapi hal ini akan sulit dibenarkan secara politis," kata dia, dikutip //Independent.
Perintah eksekutif Trump tidak mencantumkan Mesir sebagai satu dari delapan negara yang penduduknya dilarang masuk ke AS. Perintah itu mencakup larangan untuk warga negara Suriah, Libya, Iran, Yaman, Chad, Somalia, Korea Utara, dan Venezuela.
Namun kebijakan tersebut telah diblokir oleh seorang hakim federal di Hawaii sesaat sebelum mulai diberlakukan. Keputusan dari Hakim Distrik AS Derrick Watson melarang pemerintahan Trump untuk membatasi wisatawan dari delapan negara itu, kecuali Korea Utara dan Venezuela.