REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus melihat salah satu penyebab rendahnya kinerja DPR dan juga menurunnya kepercayaan publik saat ini sedikit banyak muncul dari sepak terjang pimpinan DPR. Selain kegagalan melakukan koordinasi internal, pimpinan DPR saat ini juga terlalu banyak terjebak dalam kesibukkan yang tidak berkaitan langsung dengan fungsi dan kewenangan.
"Semua problem di level pimpinan DPR itu, saya kira dengan telanjang, tegas, dan jelas menjadi latar yang sambung menyambung menyebabkan DPR periode ini nyaris sempurna menunjukkan dirinya sebagai 'macan ompong," kata Lucius di Jakarta, Sabtu (25/11).
Cacat-cacat kinerja pimpinan DPR, menurutnya, bisa dibeberkan dalam daftar panjang. Mulai dari kegaduhan di masa awal periode ketika dua koalisi partai di parlemen "adu kuat" merebut kursi pimpinan.
Setelah adu kuat usai, masalah terkait pimpinan tak serentak berakhir. Muncul kasus-kasus seperti permohonan fasilitas khusus buat anggota keluarga pimpinan yang sedang pergi ke luar negeri, kasus salah seorang pimpinan yang sampai saat ini sudah tak berpartai, bolak-balik pergantian Setya Novanto selama dua kali, keinginan PDIP untuk mendapatkan jatah kursi pimpinan, kunjungan spesial ke Donald Trump, kasus "Papa Minta Saham", hingga kini tersangkut dugaan korupsi KTP elektronik.
Lucius berpendapat itu adalah kasus-kasus besar yang sukses membuat DPR kocar-kacir dalam perbedaan pendapat. Publik juga harus dibikin pusing memikirkan masalah-masalah yang menimpa figur-figur yang tercatat disebut sebagai pimpinan DPR RI.
"DPR punya segala kekuasaan untuk mengubah bangsa menjadi lebih baik, tetapi tampaknya sudah tak punya lagi gigi, sehingga bisanya hanya menciptakan masalah demi masalah," ujarnya.
"Mereka kelihatan garang seperti macan, tetapi laku mereka yang penuh masalah membuat mereka tak sanggup membuat publik takjub dan hormat pada apa yang mereka katakan dan putuskan," lanjutnya.
Maka DPR, misalnya, tak merasa terganggu ketika sudah hampir setahun baru lima RUU baru dari daftar prioritas yang mereka selesaikan tahun ini. Sebelumnya hanya 10, dan sebelumnya lagi tiga. Sebagai macan, DPR dinilai selalu ingin kelihatan garang dengan rencana yang luar biasa, mentereng, dan bombastis.
"Sayangnya mereka adalah macan yang ompong," ucapnya.
Lucius menambahkan, citra DPR semakin buruk dengan kasus Novanto yang sudah ditahan tetapi tetap mau berkuasa sebagai ketua DPR.