Sabtu 25 Nov 2017 14:16 WIB

Pemuda Bantul Bertekad Bawa Kompor dan Batik Mendunia

Nova Suparmanto, pendiri Astoetik (Auto-Electric Stove for Batik).
Foto: dokpri
Nova Suparmanto, pendiri Astoetik (Auto-Electric Stove for Batik).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sosok teknopreuneur muda Nova Suparmanto mungkin sudah cukup populer, terutama di kalangan masyarakat Yogyakarta. Segudang prestasi yang ditorehkannya telah memberikan inspirasi bagi anak-anak muda. Meski demikian, pemuda kelahiran Bantul 24 November 1989 ini tetap bersahaja, tidak berpuas diri dan terus bekerja keras mengembangkan usahanya. Baik di dalam negeri, bahkan ke manca egara. 

Nova tetap fokus menjalankan usaha andalannya yaitu memproduksi dan menjual Kompor Batik bertenaga listrik dengan merk dagang Astoetik (Auto-Electric Stove for Batik), dengan bendera PT Putra Multi Cipta Teknikindo (PMCT) yang ia dirikan bersama rekan-rekannya pada 2014. Sambil tetap aktif di berbagai organisasi kepemudan dan kebudayaan.

“Sudah sekitar 10 ribu kompor batik kami jual sejak awal memproduksi. Ada yang memesan dari wilayah yogya, juga ada yang minta dikirim ke berbagai daerah,” ujar Nova saat ditemui di rumah tempat usahanya di Desa Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Astoetik merupakan inovasi kompor batik yang menggunakan tenaga listrik, sehingga lebih hemat energi di dibandingkan kompor batik konvensional. Kompor Astoetik memiliki variasi produk mulai dari ukuran kecil 80 watt hingga 300-an watt. Astoetik menjadi kompor batik pertama yang menggunakan bahan alumunium sehingga lebih ringan dibanding kompor batik sejenis yang berbahan tanah liat atau besi. 

“Kalau sekarang sudah banyak yang memproduksi kompor batik sejenis, tapi kita sudah mempatenkan produk kita sebagai HaKI, dan kami juga memproduksinya dengan kualitas kontrol berstandar SNI,” tutur pria yang sudah mengakiri masa lajangnya pada awal 2017 ini.

Konsistensi Astoetik menerapkan SNI, membuat Nova selaku CEO PT PMCT, mendapat penghargaan katagori perak dalam SNI AWARD 2017, belum lama. Hal itu membuat Meski menjalankan usaha industri rumahan, teknopreuneur muda ini berdiri sejajar dengan para pemimpin perusahaan besar yang beromzet ratusan milyar hingga triliunan rupiah.

Selain terus berinovasi mengembangkan kompor batik, Nova bersama rekan-rekannya juga mendirikan Sanggar dan Toko Batik Astoetik. Sanggar menjadi tempat belajar dan pelatihan membuat batik tulis. Sudah ribuan orang, baik pelajar, guru maupun turis asing yang pernah belajar di sanggarnya. Sanggar ini menjadi bagian dari strategi marketing untuk mempopulerkan kompor Astoetik. Sekaligus mempertahankan tradisi batik tulis yang merupakan kekayaaan budaya bangsa.

Guna mempromosikan batik dan kompor Astoetik, awal Desember mendatang, Nova dan rekan-rekannya juga akan mengadakan pelatihan membatik di Australia yang difasilitasi oleh rekannya yang tinggal di Australia. “Sebenarnya saya ingin acaranya diadakan tahun depan sekaligus untuk mempromosikan produksi batik kita yang akan dilauching, tapi karena diminta tahun ini ya saya ikut saja,” tutur alumni S1 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang tengah berkuliah S2 di UGM ini.

Sebagai pemuda yang memiliki jiwa kreativif, inovatif, dan visioner, Nova bersama PT PMCT sedang berencana mengembangkan pruduksi batik dengan kualitas dan brand bisa menembus pasar internasional. Batik yang akan dibesarkan itu rencananya berupa produksi kombinasi antara cap dan tulis. “Di banding untuk kompor batik, pasar ekspor internasional lebih terbuka untuk produk batik,” tutur penulis buku From research to Technopreneur ini.

Nova merupakan satu dari 78 pemuda teknopreneur yang dibina dan mengikuti pelatihan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Bersama para pemuda terseleksi lain dari 34 provinsi, ia mendapatkan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pemuda Berbasis IPTEK dan IMTAK bertema “Pemuda sebagai Penggerak Sentra Pemberdayaan Pemuda di Desa”  yang digelar di Bogor, Jawa Barat pada akhir Juli 2017. Sejak menjuarai Lomba Penelitian Ilmiah Mahasiswa Olahraga tingkat Nasional pada 2010, Nova terus dibina Kemenpora hingga saat ini.

Ia juga telah meraih berbagai penghargaan. Seperti juara Mandiri Young Technopreneur 2013, Lomba Pengembangan IPTEK Kab Sleman 2012, Lomba Java Business Competition Bidang Paper IM Telkom Bandung 2012, dan deretan prestasi lainnya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement