REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Tentara Mesir melakukan serangan udara yang menewaskan beberapa penyerang yang terlibat dalam serangan di sebuah masjid yang menewaskan 235 orang.
Dilansir dari Aljazirah, Sabtu (25/11), Juru bicara militer Mesir Tamer Rifai mengatakan, angkatan udara Mesir mengejar para penyerang yang tiba di masjid dengan menggunakan empat kendaraan 4WD dan melakukan serangan tersebut. "Angkatan udara mengejar para teroris dan menemukan serta menghancurkan sejumlah kendaraan yang terlibat dalam serangan teroris tersebut. Mereka yang berada di dalam kendaraan juga terbunuh," kata Rifai.
Serangan terhadap jamaah shalat Jumat terjadi di Bir al-Abed, sebuah kota di provinsi Sinai Utara. Masjid tersebut terletak sekitar 40 km barat El Arish, ibukota provinsi Sinai Utara dan sering dikunjungi oleh pengikut tasawuf.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pemerintah mengumumkan masa berkabung selama tiga hari untuk para korban.
Media negara Mesir MENA mengatakan, 120 orang juga terluka dalam serangan tersebut. Presiden Abdel Fattah el-Sisi mengutuk serangan tersebut dan menyebut aksi kejahatan sebagai tindakan pengeceut.
Dia mengatakan, pelaku penyerangan tidak akan luput dari tindakan hukum. "Angkatan bersenjata dan polisi akan membalaskan dendam para martir kami dan mengembalikan keamanan dan stabilitas dengan kekuatan maksimal," kata Sisi.
Mesir telah bertahun-tahun berjuang melawan kampanye anti-pemerintah bersenjata di Semenanjung Sinai yang telah meningkat sejak militer menggulingkan presiden terpilih Mohamed Morsi dari Ikhwanul Muslimin pada pertengahan 2013.
Pada 2014, setelah sebuah bom bunuh diri yang menewaskan 33 tentara, Sisi mengumumkan keadaan darurat di semenanjung tersebut dan menggambarkannya sebagai tempat bersarangnya teroris.
Serangan sebelumnya di Sinai sebagian besar menargetkan pasukan keamanan dan anggota minoritas Kristen Koptik Mesir.
Masjid Bir al-Abed menjadi sasaran karena berada di luar kota utama provinsi tersebut. Masjid tersebut juga menjadi sasaran karena dihadiri oleh anggota sekte sufi yang dianggap kafir oleh kelompok bersenjata seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pada 2016, militan ISIS merilis gambar yang menunjukkan eksekusi seorang pemimpin religius Sufi berusia 100 tahun.
Seorang profesor di Universitas Nil di Kairo, Timothy Kaldas mengatakan, insiden tersebut sesuai dengan pola penyerangan ISIS. "Berpotensi, ini adalah serangan lain terhadap para sufi di Sinai utara. Ini adalah pembalasan terhadap suku yang bekerja sama dengan negara dalam tindakan keras terhadap ISIS," katanya.
Kaldas mengatakan, ISIS selalu bersedia menargetkan warga sipil, seperti dalam banyak serangan terhadap komunitas Kristen-Mesir pada tahun lalu.