REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Mantan Menteri ESDM, Sudirman Said menilai strategi politik pada Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu tak akan bisa diterapkan di daerah, khususnya untuk Pilkada Jawa Tengah yang berlangsung pada 2018 mendatang. Termasuk dalam penggunaan buzzer di media sosial.
Menurutnya, kultur budaya masyarakat Jawa Tengah membuat partai-partai politik harus berfikir ulang untuk menerapkan strategi yang sama saat mengusung Anies dan Sandiaga maupun Ahok dan Djarot. Bahkan menurutnya, penggunaan buzzer media sosial untuk membuat panas dinamika politik jelang Pilkada Jateng dinilainya tak akan berhasil.
"Tak sertamerta apa yang terjadi di Jakarta bisa diduplikasikan ke Jawa Tengah, saya memahami dengan harmoni disini, adem ayemnya, lihat saja Jawa Timur dan Jawa Barat sudah ramai, Jateng masih adem ayem," ujar Sudirman usai mengisi seminar di Universitas Sebelas Maret (UNS) pada Sabtu (25/11).
Dia pun meminta agar buzzer media sosial tak membuat panas kondisi sosial dan politik di Jawa Tengah. "Jangan dikomporin, kalau buzzer itu bijaksana gak usah dipertajam, manas-manasin. Masyarakat udah dewasa. Ini proses normal, lima tahun sekali jangan samapai dibawa ke kehidupan keseharian," katanya.
Sudirman Said pun makin memantapkan niatnya untuk maju di Pilgub Jateng. Ia pun mengaku terus berkunjung Kabupaten Kota di Jateng agar bisa bersosialisi dan memperkenalkan diri kepada masyarakat Jateng. Selain itu, dia pun telah membangun komunikasi dengan tiga partai poitik yakni Gerinda, PAN, dan PKS.