REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Para nelayan tradisional diimbau mewaspadai gelombang tinggi mencapai 2,5 meter di Laut Arafura, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku pada beberapa hari ke depan.
"Gelombang setinggi 2,5 meter berbahaya bagi nelayan yang hendak menangkap ikan dengan armada tradisional," kata Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon George Mahubessy, Ahad (26/11).
Laut Arafura merupakan "surga" penangkapan aneka jenis ikan bernilai ekonomis yang diburu para nelayan. Laut Arafura secara geografis letaknya berdekatan dengan Australia, di mana nelayan asal Maluku sering ditangkap aparat keamanan negara tetangga tersebut karena melewati wilayah teritorial.
Apalagi, potensi hujan lebat disertai petir berpeluang terjadi perairan Kepulauan Aru hingga Kai, Kabupaten Maluku Tenggara. Kondisi cuaca ini juga dipengaruhi adanya awan gelap (cumulonimbus) di lokasi tersebut yang dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
Karena itu, para nelayan yang hendak menangkap ikan diimbau tak memaksakan diri melaut hanya dengan mengandalkan armada tradisional. "Armada tradisional berupa perahu tersebut tidak kuat menahan gempuran ombak 2,5 meter sehingga lebih baik mengantisipasi kemungkinan terjadinya musibah laut," ujar George.
Imbauan tersebut telah diteruskan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku maupun sembilan kabupaten dan dua kota. Begitu pun, kepada para bupati maupun wali kota se-Maluku agar mengingatkan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) teknis agar memperhatikan peringatan dini dari BMKG.
Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan.