Ahad 26 Nov 2017 12:43 WIB

PSI Kutuk Tindakan Terorisme di Masjid Ar-Raudlah

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Korban bom dan penembakan bergelimpangan di sebuah masjid dekat Kota Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).
Foto: Stringer/EPA-EFE
Korban bom dan penembakan bergelimpangan di sebuah masjid dekat Kota Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengutuk tindakan terorisme terhadap Masjid Ar-Raudlah, Sinai, Mesir. Mereka juga menyatakan turut berduka cita terhadap keluarga korban.

"Kita mengutuk keras tindakan terorisme yang menyerang jamaah shalat Jumat di Masjid Ar-Raudlah Sinai Mesir yang menewaskan ratusan korban sipil, khusususnya perempuan dan anak-anak. Ini tindakan biadab dan pembantaian, selain mengebom, kawanan teroris juga menembaki jamaah masjid. Kita berbela sungkawan untuk keluarga korban," ujar Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni dalam keterangan tertulisnya, Ahad (26/11).

Toni, begitu ia disapa, menerangkan, menurut catatan sejarah terorisme di Mesir, serangan tersebut merupakan serangan paling mematikan dan terbesar dengan banyaknya korban yang jatuh. Menurut dia, serangan itu juga bisa disebut menyerang komunitas Islam moderat dan damai.

"Masjid Ar-Raudlah adalah pusat tarekat Sufi Ahlus Sunnah Wal Jamaah Al-Jaririyah, yang kita tahu sufi menyebarkan Islam yang ramah, damai dan toleran yang menjadi jantung karakter Islam. Maka, teroris itu telah menyerang jantung ajaran Islam," kata dia.

Dikatakan Toni, terorisme adalah musuh semua agama dan bangsa. Itu karena tidak ada satu pun agama dan satu bangsa yang mengajarkan dan membela terorisme.

Untuk kepentingan dalam negeri, Toni mengajak, masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk ebih waspada menghadapi ancaman terorisme. Masyarakat diminta melawan akar-akar terorisme yaitu intoleransi, kebencian, dan radikalisme.

"Untuk masyarakat agar melawan potensi terorisme sejak dini seperti intolerasi, ujaran kebencian, dan radikalisme. Dengan cara mengedepankan toleransi, saling menghargai dan mengenal perbedaan, serta tidak termakan propaganda-propaganda terorisme," ucap dia.

Toni juga menyatakan dukungannya terhadap polisi, terutama Densus 88. Toni mendukung, mereka sabagai pencegah dan pemberantas terorisme. "Tentu saja dengan cara profesional dengan memperhatikan hak asasi manusia," lanjut dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement