REPUBLIKA.CO.ID, MESIR -- Teror yang menimpa umat Islam di Mesir, membawa duka mendalam. Jaksa penuntut umum Mesir bahkan menghubungkan pembantaian tersebut dengan militan ISIS.
Penegasannya itu terkait beberapa jam setelah pesawat tempur meluncurkan pemboman pembalasan dendam di tempat persembunyian Daesh, menewaskan sedikitnya 15 orang kelompok ISIS. Sebelumnya, sebanyak 30 orang ISIS telah melakukan perjalanan ke masjid dan kemudian menghentikan orang dengan memblokir pintu depan dan ke 12 jendela masjid setelah shalat Jumat.
Sebuah bom meledak dan kemudian mereka tanpa ampun melepaskan tembakan dengan senapan otomatis, memberi mereka kesempatan kecil untuk melarikan diri dari pembantaian tersebut. Selama aksi keji pembunuhan tersebut, ratusan jamaah meninggal dan luka-luka. Gambar televisi menunjukkan deretan tubuh berdarah di dalam bangunan berdarah darah.
"Ketika penembakan dimulai, semua orang berlari, dan semua orang saling bertabrakan. Tapi, saya bisa melihat pria bertopeng mengenakan pakaian militer," ucap Magyd Rezk salah satu jamaah yang mengalami luka, seperti dilansir dari laman, Express.co.uk
Analis pertahanan Mesir percaya bahwa pejuang ISIS yang melarikan diri dari Suriah dan Irak, telah pindah ke tanah tandus di Sinai Utara untuk bergabung dengan kelompok garis keras. Namun, hingga kini, tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan di Masjid Al Rawdah di Bir al-Abed, sebelah barat kota El-Arish. Hanya saja, pasukan Mesir telah memerangi sebuah afiliasi ISIS di wilayah tersebut.
Beberapa jamaah korban adalah Sufi. Kelompok-kelompok seperti ISIS mempertimbangkan target mereka karena menghormati orang-orang kudus dan tempat-tempat suci, yang bagi umat Islam sama saja dengan penyembahan berhala. ISIS telah menargetkan Muslim Sufi dan Syi'ah di negara lain, seperti Irak.
Serangan masjid tersebut merupakan pergeseran taktik bagi militan Sinai, yang pada masa lalu menargetkan gereja-gereja Kristen dan jamaah serta pendukung tentara.
Sinai Utara, daerah yang sebagian besar gurun yang membentang dari Terusan Suez ke Jalur Gaza dan Israel, telah menjadi kepala keamanan bagi Mesir. Serangan di Sinai memburuk setelah 2013 ketika Sisi memimpin penggulingan Presiden Mohamed Mursi dari Ikhwanul Muslimin.
Keamanan di tempat-tempat pemujaan dan bangunan-bangunan penting Mesir meningkat kemarin saat negara tersebut memulai tiga hari berkabung.