Ahad 26 Nov 2017 15:38 WIB

Menantang Korban Penyiraman Air Keras Berjalan di Catwalk

Rep: Fergi Nadira/ Red: Joko Sadewo
Laxmi, Rita dan Rupa menjadi model fesyen di India (ilustrasi)
Foto: republika
Laxmi, Rita dan Rupa menjadi model fesyen di India (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Sembilan wanita yang mengalami kerusakan wajah dan tubuh akibat air keras, menantang diri menjadi model pada peragaan busana haute couture pertama, bagi orang-orang yang selamat dari bencana serangan air keras di India.

Para wanita hampir semuanya adalah korban dari suami atau keluarga dekat mereka, yang tega menyiramkan air keras ke wajah dan tubuh. Mereka berjalan di catwalk dengan gaun yang disumbangkan oleh perancang India terkemuka Rohit Bal, Ranna Gill dan Archana Kochhar.

Pada saat peragaan berjalan tak satupun yang menutupi wajah mereka. Seorang Ibu korban penyiraman air keras, selepas usahanya menyusuri catwalk mengatakan "Saya sangat gugup," kata Meena Khatoon. Namun wanita New Delhi yang diserang mantan suaminya, dengan penuh percaya diri membuktikan bahwa ia mampu.

"Orang sering membuang muka ketika saya keluar rumah. Mereka memalingkan wajahnya saat papasan dengan saya. Saya mengahadapi banyak masalah, saya malu," kata Khatoon.

Dari situ, Khatoon bangun dan berpikir, mereka adalah apa yang mereka pikirkan, dan begitu pula dirinya, saya adalah apa yang saya pikirkan. "Yang saya harus lakukan adalah membangun hidup saya juga mendukung penuh anak saya untuk belajar," kata Khatoon yang sekarang menjalankan bisnis kecil memperbaiki Handphone.

Ia dan wanita lainnya dibantu oleh Make Love Not Scars (MLNS) yang menyelenggarakan perrtunjukan di New Delhi Sabtu (25/11) kemarin. Kelompok MLNS ini membantu korban selamat untuk merekonstruksi kehidupan dan memperbaiki banyak kasus pada wajah mereka.

Perhelatan ini didukung oleh Reshma Bano Qureshi (20 tahun) yang tampil di New York Fashion Week pekan lalu. Ia adalah korban penyerangan yang dilakukan saudara iparnya saat menghelai pertengkaran antara saudara iparnya dan istri.

"Muka saya hancur, saya takut hal itu akan terjadi lagi. Saya sangat terganggu oleh reaksi orang ketika mereka melihat saya di jalan," kata Qureshi. Ia bercerita orang-orang seringkali mengejeknya dengan berkata 'wajahmu kenapa?', "apa ada yang mau menikah denganmu? saya rasa tidak', 'Wajah cacatmu tidak cantik'.

Namun, Qureshi sudah hatam dan menerima perkataan orang terhadapnya, ia bangga dan yakin siapa dirinya. ia berpikir cantik bukan hanya berasal dari wajah tapi cantik bersumber dari hati. "Saya sangat senang, perhelatan ini berkesempatan kepada wanita-wanita lain untuk mengalami hal yang sama seperti saya, berjalan di atas catwalk dengan percaya diri," kata Qurashi.

Wakil Presiden MLNS, Tania Singh mengatakan di India, ratusan serangan terjadi setiap tahunnya, dan angka itu sebelumnya mencapai ribuan. Pemerintah daerah tidak melaporkan semua kasus. Beberapa wanita meninggal sebelum kasus kriminal diluncurkan dan beberapa memilih tinggal dengan keluarga yang kasar.

Singh menegaskan peragaan busana merupakan cara penting untuk meningkatkan kepercayaan para korban selamat. Banyak dari mereka bersedih dan acara ini membuat mereka bersenang-senanng.

Banyak wanita pada awalnya menolak melepaskan syal mereka saat menuju ke Make Love Not Scars peragaan busana. "Mereka mengatakan 'kita tidak bisa melakukannya, kita sangat jelek' dan kami katakan kepada mereka bahwa tidak benar Anda tidak jelek," ujar Singh.

Peragaan busana adalah kesempatan untuk menyadari mereka layak menerima penerimaan, cinta dan rasa memiliki. Sekarang mereka bisa kembali ke sana dan mereka bisa mengatakan kepada dunia bahwa mereka tidak perlu menyembunyikan wajah dan bekas luka mereka. Dunia inilah yang perlu mengubah pemikirannya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement