REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Penularan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah semakin memprihatinkan dan belakangan ini penderitanya terus bertambah dan menyerang generasi muda.
"Penyebab meningkatnya kasus HIV/AIDS di Kotim tidak lepas dari perilaku buruk penderitanya, misalnya berhubungan berganti-ganti pasangan, berhubungan dengan pekerja seks komersial yang mengidap HIV," kata Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kotim, Asyikin Arpan di Sampit, Ahad (26/11).
Selain itu dari penggunaan jarum suntik terkontaminasi virus HIV dan lainnya penularan penyakit penyakit HIV/AIDS. Penderita penyakit HIV/AIDS di Kotawaringin Timur ibarat fenomena gunung es yang terlihat kecil di permukaan, namun besar di bagian bawah.
Penderitanya kini tidak hanya pria dewasa, tetapi juga remaja, ibu rumah tangga yang tertular dari suami, bahkan bayi yang tertular dari ibunya. Data Komisi Penanggulangan AIDS Kotawaringin Timur, sejak 2012 hingga Juni 2017, jumlah penderita HIV sebanyak 238 orang dan AIDS sebanyak 48 orang, terdiri dari laki-laki sebanyak 78 orang dan perempuan 160 orang.
Dari segi usia, sebanyak empat orang penderita HIV merupakan anak berusia di bawah empat tahun. Penderita terbanyak berusia 25 tahun hingga 49 tahun 181 orang, disusul usia 20 tahun hingga 24 tahun 42 orang, usia 15 hingga 19 tahun 9 orang, usia 50 tahun ada 4 orang dan usia 4 tahun hingga 14 tahun 1 orang.
Dilihat dari faktor risiko, sebanyak 76,5 persen penderita merupakan kalangan heteroseksual yakni 182 kasus dan ibu rumah tangga ada 27 kasus atau sekitar 11,3 persen. "Pemerintah daerah berupaya menekan penularan HIV/AIDS, di antaranya membagikan kondom melalui pekerja seks komersial agar dipakai pelanggan mereka, tapi sebagian tidak dipakai. Penyuluhan juga terus dilakukan untuk memberi penyadaran kepada masyarakat," kata Asyikin.
Pemerintah daerah bersama Komisi Penanggulangan AIDS, juga terus mencari warga yang terjangkit HIV/AIDS. Mereka kemudian diobati dan didampingi supaya rutin minum obat agar daya tahan tubuh mereka tetap terjaga.
Pemerintah daerah akan mendeklarasikan penutupan tiga lokalisasi serentak pada 5 Desember nanti. Asyikin mengingatkan ini harus menjadi perhatian seluruh instansi terkait agar tidak menimbulkan masalah baru.
Jangan sampai prostitusi justru malah menjamur ke kawasan kota setelah lokalisasi ditutup. Masalah ini harus diantisipasi karena dikhawatirkan berdampak terhadap peningkatan penderita HIV/AIDS.
HIV atau Immunodeficiency Virus menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Sedangkan AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya.