REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhyiddin
Berangkat dari rasa ingin tahu yang mendalam tentang Islam moderat, sejumlah petinggi Pemerintah Belanda bertandang ke Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK), Jakarta Pusat, Senin (27/11).
Dalam silaturahim itu, setidaknya ada empat perwakilan Pemerintah Belanda yang hadir. Mereka adalah Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Belanda Andre Haspels, Duta Besar Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol, Kepala Bidang Politik Kedutaan Besar Belanda di Jakarta Roel van der Veen, dan Kepala Seksi Indonesia Kementerian Luar Negeri Belanda Hanjo de Kuiper.
Mereka pun diterima dan berdialog dengan pengurus MASK, di antaranya Wakil Ketua Dewan Pengurus MASK Fuad Bawazier, serta Ketua Bidang Dakwah dan Ibadah MASK KH Nur Alam Bakhtir.
Di awal dialog, Andre Haspels menyampaikan terima kasih karena telah diterima oleh para pengurus MASK sekaligus berdialog untuk mengetahui Islam yang sebenarnya. "Kami berterima kasih kepada para pengurus Masjid Sunda Kelapa yang telah menyambut kami dengan hangat dan terbuka," ujar Andre.
Dalam dialog tersebut, Andre memaparkan persepsinya tentang Islam, khususnya tentang masih adanya kelompok militan atau radikal dalam Islam. Ia juga bertanya tentang korelasi antara Islam dan politik di Indonesia. Ia pun menanyakan tentang beberapa program di MASK.
"Dalam mempromosikan Islam yang moderat ini, bagaimana Masjid Sunda Kelapa menyikapi dan merangkul kelompok Islam yang radikal?" kata Haspels dalam salah satu pertanyaannya.
Menanggapi hal itu, Ketua Bidang Dakwah dan Ibadah MASK KH Nur Alam Bakhtir menjelaskan, Islam moderat telah dipromosikan oleh dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Sedangkan, salah satu cara untuk menyikapi adanya kelompok radikal yang jumlahnya tidak banyak itu, menurut dia, yakni dengan cara mengedepankan dialog.
"Untuk menghilangkan radikalisme, tidak mungkin. Tetapi, untuk meminimalkan radikalisme, pertama saya kira dialog," katanya.
Untuk membendung radikalisme, menurut dia, Dewan MASK juga selalu menyeleksi para dai yang akan menyampaikan tausiyah. "Keislaman Masjid Sunda Kelapa moderat, tawasut, karena itu seluruh ceramah ada seleksi yang ketat yang jargonnya adalah rahmatan lil ‘alamin," paparnya.
Dialog berlangsung santai. Meski demikian, perwakilan Pemerintah Belanda ini tetap serius mendengarkan paparan dari pengurus MASK. Usai berdialog, mereka diajak masuk ke dalam MASK yang saat itu kebetulan sedang menyelenggarakan kajian keislaman.
Sesaat sebelum berpamitan, Dewan Pengurus MASK memberikan sebuah kenang-kenangan berupa Alquran kepada Haspels. Melalui kitab suci, ia diharapkan dapat memahami Islam secara utuh.
Setelah para tamunya beranjak pulang, Kiai Nur Alam menjelaskan, rombongan Wamenlu Belanda ingin mengetahui Islam dan umatnya. Dalam dialog tersebut, menurut Kiai Nur Alam, terlihat bahwa mereka selama ini keliru memandang agama Islam dan kelompok-kelompok dalam Islam. Mereka selama ini memandang bahwa banyak umat Islam yang radikal, padahal tidak.
"Umat Islam yang mayoritas itu moderat. Hanya sekelompok kecil saja yang radikal," ujar Kiai Nur Alam.
Kendati demikian, ia mengapresiasi kunjungan para petinggi Pemerintah Belanda tersebut. MASK, menurut dia, merupakan representasi Islam moderat di Indonesia. Islam moderat adalah Islam yang rahmatan lil ‘alamin, Islam yang mengajak pada kemajuan, berpihak pada keadilan universal, mengedepankan kebersamaan, dan mampu bekerja sama dengan agama apa pun.
Hal senada dikatakan Wakil Ketua Dewan Pengurus MASK Fuad Bawazier. Menurut dia, MASK terbuka bagi siapa pun. "Fungsi masjid ini terbuka untuk semua orang dan banyak kegiatan untuk anak-anak ataupun ibu-ibu," kata mantan menteri keuangan ini.
Masjid ini pun menyelenggarakan beragam kegiatan keislaman, mulai dari menggarap bidang pendidikan, menyediakan fasilitas kesehatan untuk membantu umat Islam yang kurang mampu, dan lainnya.
(Pengolah: Wachidah Handasah).