REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Toleransi beragama dan meningkatnya keragaman budaya di Barat menjadi subjek penelitian akademis di Universitas Lethbridge. Intelektual Campbell Peat dan James Falconer sangat fokus pada dua bidang ini.
Murid Profesor Studi Agama Atif Khalil ini menunjukkan diskusi tentang Islam di Barat yang disiarkan media, politikus, dan pakar sekalipun kurang mendalam. Kajian mereka kerap belum menunjukkan empati bahkan sering kali diwarnai dengan bias dan prasangka.
"Konflik geopolitik telah dibingkai menggunakan agama dan membenturkan peradaban, ini men jadi cara Barat untuk memberikan label pada oknum sebagai tindakan irasional dan melakukan tin dakan ekstrimis, padahal mereka menyembunyikan akar konflik yang sebenarnya," kata Falconer.
Sebagai mahasiswa dan asisten peneliti di Universitas Lethbridge, Falconer telah mempelajari migrasi muslim ke Barat. Dia melengkapi stu dinya tentang Islam untuk lebih memahamai kon teks budaya dan agama yang ditelitinya selama ini. Kursus dalam studi Islam dapat membantu mengatasi kesalahpahaman mendalam tentang agama tersebut.
Menurut Falconer, imigran Muslim sangat berpendidikan, progresif, dan modern, sehingga mereka bermigrasi ke Barat. Imigran Muslim yang memilih Barat atau Kanada khususnya harus menghadapi lingkungan baru yang sebagian masyarakatnya belum tentu menerima iman mereka. Musthtaq Khan dan istrinya, Catherine, merupakan contoh imigran Kanada. Dia berusaha untuk menghilangkan kesalahpahaman tersebut.
"Kami ingin orang-orang tahu apa itu Islam sebenarnya, Sebagian besar orang Muslim adalah warga negara yang damai dan taat hukum yang hanya ingin hidup damai dengan tetangga mereka," ujar Catherine.