REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Polres Bogor memastikan perkelahian antarpelajar di Rumpin pada Jumat (24/11) lalu, tidak terjadi secara spontan. Pelajar dari dua sekolah yang terlibat dalam kasus tersebut, sebelumnya sudah sepakat menentukan tempat dan waktu untuk berduel.
Kapolres Bogor AKBP Andi M Dicky Pastika menjelaskan, perjanjian tawuran atau semacam duel adu kebal antarpelajar dua sekolah itu harusnya terjadi pada Senin (20/11). "Semua diawali saling ejek di Facebook. Tapi, karena salah satu sekolah tidak hadir, akhirnya ditunda sampai Jumat sore di kebun karet daerah Leuwi Halang," ujarnya dalam temu media di Polres Bogor, Selasa (28/11).
Dicky menjelaskan, pertemuan sore itu dihadiri sembilan orang dari SMP Islam As, dan lima siswa sekolah lain dari SMP A. Namun, yang terlibat dalam duel hanyalah enam orang dengan teknis tiga lawan tiga. Termasuk di antaranya adalah ARS (16) yang meninggal dunia setelah terkena luka bacok hingga kekurangan darah.
Setelah sekian waktu duel, Dicky menuturkan, dua dari rekan ARS mundur hingga meninggalkannya sendirian dikepung tiga lawan di arena. Berada di semak-semak, ARS terjatuh dan terkena luka bacok dari tiga lawannya di bagian pinggang belakang, lengan kanan dan lengan kanan bawah.
"Dengan kondisi berdarah-darah, Dicky melanjutkan, ARS sempat lari menuju motornya, namun terjatuh. Dibantu dua temannya, ARS dibawa ke Puskesmas Rumpin. Tapi, nyawanya sudah tidak tertolong karena kehabisan darah akibat luka bacokan," katanya.
Untuk kepentingan penyelidikan, Polres sudah mengajukan permintaan otopsi ke pihak keluarga. Meski sempat ditolak, Dicky menjelaskan, keluarga akhirnya menyetujuinya demi memudahkan mengetahui penyebab kematian dan proses penyidikan. Jajaran kepolisian juga sudah mengamankan barang bukti berupa sehelai baju koko putih, satu sweater warna merah maroon dan satu seragam SMP warna biru.
Informasi yang disebarkan Polres Bogor tampak berbeda dengan penuturan pihak sekolah. Guru Bimbingan Konseling SMP Islam As, Hendri Purnomo, menjelaskan, ARS merupakan satu-satunya siswa SMP Islam As yang terlibat dalam perkelahian.
"Di luar lima siswa dari sekolah seberang, SMP A,Hendri menduga, ada keterlibatan murid sekolah lain. Selain korban dan lima anak SMP A, sisanya bukan murid kami," ujarnya saat ditemui Republika.co.id, Selasa (28/11) siang.