REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekuatan para pengikut Fethullah Gulen alias Gulenis adalah pada gerakan Hizmet. Gerakan pelayanan untuk mendirikan sekolah-sekolah dan rumah sakit ini meluas hingga ke 180 negara, selain juga berkembang pesat di Turki.
Hizmet adalah organisasi gerakan yang diinspirasi oleh sikap Fethullah Gulen, seorang pengkhotbah Turki yang kini berbasis di Amerika Serikat. Gulen tercitra sebagai wajah moderen Islam.
Pengamat Dunia Islam, Din Syamsuddin menilai, meluasnya gerakan ini memiliki kemiripan dengan ormas Islam di Indonesia seperti Muhammadiyah. "Kalau saya boleh berpendapat ini bukan sebagai utusan khusus tapi pengamat dunia Islam, gerakan Hizmet ini hanya dakwah mirip-mirip dengan Muhammadiyah dan sekolah-sekolahnya," ujarnya di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta, Selasa (28/11).
Kendati demikian, Hizmet ('pelayanan' dalam Bahasa Turki) dinilai sebagai kelompok terlarang tak bisa dilepaskan dari perseteruan politik di Turki. Untuk itu, Din menyampaikan, akan turut membantu penyelesaian masalah tersebut. Hal itu diungkapkan setelah Din menerima tamu dari Turki pada hari ini.
"Ada tokoh Turki yang datang juga, mereka minta agar pemerintah Indonesia bisa membantu penyelesaian masalah rezim yang berkuasa para pengikut Hizmet yang tersebar di mancanegara dan pemimpinnya ada di Amerika Serikat yang sekarang ini mendapat tekanan dari pemerintah Turki, jadi minta tolong, saya hanya janjikan saya sampaikan kepada presiden dan wakil presiden yang sebelumnya sudah tahu," ucapnya.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan media al-Sharq al-Awsat pada Maret tahun lalu, Fethullah Gulen menyatakan gerakannya-- bernama Hizmet--bukanlah politik. Menurut dia, Islam bukan ideologi politik atau sistem pemerintahan/kekuasaan. Bukan pula bentuk negara. Ia menegaskan, gerakan Hizmet "di atas" politik.
Hizmet berasal dari kata Arab khidmah atau pelayanan. Gerakan ini pada awalnya adalah jamaah sufi yang dipimpin Fethullah Gulen di Kota Izmir pada 1970-an. Waktu itu, Gulen berkeliling dari kota ke kota dan dari masjid ke masjid. Ia memberikan ceramah. Ia juga aktif menulis. Tema yang dibawakan kebanyakan soal jalan hidup sufi. Waktu itu, pengaruh sekuler Ataturk masih sangat kuat.
Dia mengatakan, masjid di Turki sudah banyak, yang kurang adalah sekolah. Menurut dia, persoalan masyarakat Islam adalah kobodohan dan kemiskinan. Kuncinya adalah pada pendidikan. Karena itu, dia meminta kepada para anggota jamaahnya untuk mendirikan banyak sekolah. Tentu yang berkualitas. Sekolah-sekolah ini sebagai bentuk hizmet kepada masyarakat.
Hizmet tidak lama kemudian menjadi sebuah gerakan besar. Dari pendidikan lalu masuk ke pelayanan kesehatan dan kemudian bantuan sosial dan kemanusiaan. Untuk semua itu mereka membutuhkan dana yang besar. Karena itu, mereka, para pengikut Gulen, mendirikan Bank Asia. Sedangkan, para pengusahanya bergabung dalam sebuah grup bisnis yang bernama Tuskon (Turkish Confederation of Businessmen and Industrialists).
Hizmet kini mengelola lebih dari 1.500 lembaga pendidikan di berbagai tingkatan dan 15 universitas yang tersebar di berbagai negara. Tidak diketahui berapa kini jumlah pengikut Gulen. Namun, diperkirakan jumlahnya puluhan juta orang dari berbagai profesi. Dari guru, dosen, dokter, pengusaha, polisi, tentara, intelijen negara, hakim, pengacara, pegawai negeri dan swasta, hingga wartawan dan lainnya.
Di Turki, para pengikut Gulen memang tidak berpolitik. Dalam arti tidak bergabung dan tidak mendirikan partai politik. Namun, mereka tetap bekerja sama dengan berbagai partai politik, utamanya partai penguasa. Dengan langkah ini diharapkan mereka justru bisa mendapatkan berbagai keuntungan, termasuk jabatan-jabatan penting dan strategis di lembaga negara. Terutama di lembaga militer, kepolisian, kehakiman, dan intelijen negara. Apalagi mereka didukung oleh grup media.
Pengaruh Gulen yang besar seperti itulah yang kemudian memunculkan kekhawatiran beberapa pihak bahwa suatu waktu mereka akan mengambil kekuasaan. Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut Gulen dan pengikutnya sudah seperti negara di dalam negara. Bahkan, kekhawatiran itu kini telah berkembang menjadi tuduhan bahwa Gulen berada di balik kudeta gagal beberapa hari lalu.