REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) menargetkan, tahun depan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,5 persen. Sebelumnya, target NPL 2017 sebesar empat persen.
Direktur Utama Bank Sumut Edie Rizliyanto menyebutkan, tahun ini NPL cukup tinggi, sampai Oktober 2017 sebesar 4,9 persen. Meski begitu Ia yakin dalam dua bulan terakhir bisa menekan NPL hingga empat persen.
"Kita sudah punya pipe line bisnis pasti nambah ekspansi nambah kredit. Kemarin sudah ada rencana aksi penurunan NPL juga dengan restrukturisasi," jelas Edie kepada wartawan, Selasa sore, (28/11).
Rencananya Bank Sumut akan melakukan restrukturisasi sekitar hampir Rp 400 miliar. Dengan langkah itu diharapkan bisa turunkan NPL.
Edie menjelaskan, penyumbang NPL terbesar yakni dari kredit umum seperti kredit ke sektor produktif. Sedangkan kredit konsumer, kata dia, memiliki NPL masih bagus di bawah dua persen.
Maka tahun depan, bisnis Bank Sumut masih akan difokuskan ke sektor konsumer. Dengan porsi mencapai 63 persen lalu sisanya ke kredit produktif seperti kredit pensiun, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertanian, perkebunan, dan lainnya.
Sebagai informasi, pertumbuhan kredit Bank Sumut sampai Oktober sebesar empat persen year to date (ytd). Sampai akhir tahun, diproyeksikan mencapai lima persen ytd.
Sedangkan tahun depan, Bank Sumut menargetkan pertumbuhan kredit tahun depan di atas 10 persen year on year (yoy). "Kami optimis tahun depan karena kami sudah punya pipe line. Project-project infrastruktur dari sekarang juga sudah dikerjain, kredit konsumtifnya juga," kata Edie.
Lebih lanjut, ia juga memproyeksikan laba Bank Sumut pada 2018 sekitar Rp 630 miliar. Sementara untuk tahun ini target labanya sebesar Rp 600 miliar. "Target itu sudah tercapai pada Oktober lalu," kata Edie.