Rabu 29 Nov 2017 14:06 WIB

Bondan Winarno Ungkap Skandal Penipuan Tambang di Indonesia

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Bondan Winarno
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Bondan Winarno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar meninggalnya pakar kuliner Bondan Winarno, Rabu (29/11) mengejutkan banyak kalangan. Pria yang akrab dengan kata 'Maknyus' dan 'Top Markotop' ini telah lama hadir di salah satu televisi swasta sebagai juru icip makanan yang terkenal. Namun selain kemampuannya mendeskripsikan rasa, ternyata Bondan juga dikenal sebagai seorang Jurnalis dan penulis handal.

Salah satu karya investigasinya yang cukup baik adalah buku Bre-X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi terbitan 1997. Skandal investasi emas Busang di Kalimantan Timur. Buku ini membongkar skandal tambang emas Busang yang mempermalukan pemerintah Indonesia pada 1997.

Buku Bondan Winarno ini menguak bagaimana tipuan kematian palsu seorang ahli tambang yang telah menipu perusahaan tambang emas besar dunia dan pemerintah Indonesia. Seperti yang diungkapkan Bondan kepada Oryza Ardyansyah Wirawan, kontributor sindikasi Pantau di Jember, Jawa Timur pada 2007.

Cerita berawal ketika seorang ahli geologi asal Filipina Michael de Guzman dan ahli geologi asal Belanda John Felderhof, dengan perusahaan tambang Bre-X. Mereka menipu para investor untuk berinvestasi di Busang.

Semua trik digunakan De Guzman untuk meyakinkan bahwa Busang menyimpan jutaan ton kandungan emas. Tipuan De Guzman soal potensi emas Busang, membuat saham Bre-X laku keras. Namun ini memunculkan perusahaan tambang besar yang ingin menguasai mayoritas saham Bre-X, diantaranya Barrick Gold Corporation dan Freeport MacMoran.

Pendekatan ke pemerintah Indonesia pun dilakukan agar akuisisi mayoritas saham Bre-X bisa dilakukan. Diantaranya dengan kebijakan pemerintah Soeharto agar pembagian saham terjadi, dan pemerintah Indonesia mendapat 10 persen. Namun Freeport McMoran ternyata tak percaya begitu saja kandungan emas Busang yang dikatakan mencapai jutaan ton.

Puncak kehebohan kasus Busang ketika De Guzman diminta Freeport menunjukkan lokasi area yang memiliki kandungan emas jutaan ton. Memenuhi permintaan itu, melalui pantauan helikopter tiba-tiba Guzman dikabarkan jatuh dari atas helikopter. Dikabarkan mayat Guzman hancur ditemukan di rawa-rawa.

Namun dari sinilah awal investigasi Bondan yang tidak percaya soal kematian De Guzman. Penemuan jenasah de Guzman memicu Bondan Winarno untuk mulai menulis buku tentang Bre-X. Penemuan jenasah di tengah hutan Kalimantan yang dikenal sangat lebat dalam waktu tak sampai sepekan itu terasa aneh.

Kondisi tubuh yang dideskripsikan dalam berita itu juga tidak cocok dengan kondisi tubuh seseorang yang jatuh dari ketinggian 800 feet. Dari sepotong info ini, saya membuat satu kesimpulan berdasar professional skepticism bahwa semua cerita ini adalah palsu. Karena itu saya sangat berminat melakukan investigasi, kata Bondan dalam sebuah emailnya kepada Oryza Ardyansyah Wirawan.

Mula-mula Bondan menolak teori bahwa de Guzman mati dibunuh. Ditemukannya sejumlah surat tinggalan de Guzman merupakan bukti yang sangat melemahkan skenario pembunuhan, dan mengarah pada kematian akibat bunuh diri.

Bondan mengungkap bahwa kasus bunuh diri De Guzman adalah rekayasa atau palsu. Bahkan mayat yang ditemukan dan dimakamkan tidak sesuai dengan ciri-ciri fisik De Gusman. Di akhir investigasi Bondan memang belum berhasil membuktikan bahwa de Guzman masih hidup. Namun ia mengarahkan ada kemungkinan De Guzman masih menikmati hidupnya di negara yang tidak terpantau.

Kematian palsu De Guzman dianggap menjadi klimaks skandal Busang. Satu per satu kebohongan Bre-X terkuak. Faktanya cadangan besaremas di Busang tidak pernah terbukti. Dan itu juga cukup memalukan pemerintah Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement