REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Siklon tropis cempaka tak hanya mengakibatkan bencana alam dan kerusakan infrastruktur di wilayah pesisir selatan Jawa Tengah. Fenomena alam ini juga memicu terjadinya hujan dengan durasi lama di wilayah Kabupaten Semarang, sepanjang Selasa (28/11).
Akibatnya, talud fondasi Jembatan Ngampin Jalan Lingkar Ambarawa (JLA), Kabupaten Semarang ambrol. Ambrolnya talud ini dikhawatirkan bisa membahayakan para pengguna jalan arteri kota Ambarawa ini.
"Jalan lingkar ini sudah menjadi akses truk angkutan berat, dan bus berbadan lebar untuk menghindari kepadatan arus lalu lintas di Kota Ambarawa," ungkap Prastowo (43), warga Pojoksari, Ambarawa, Rabu(29/11).
Ia mengatakan, hujan dalam durasi waktu panjang yang turun sepanjang Senin (27/11) hingga Selasa (28/11) telah membuat talud penyangga jembatan tersebut ambrol setelah tergerus air hujan.
"Sebenarnya jembatan ini tidak melintas di atas sungai. Namun hanya jembatan untuk melewati jalur kereta api wisata dari Stasiun Ambarawa ke Stasiun Bedono. Jadi ambrolnya talud ini bukan karena abrasi, namun karena terkikis air hujan," katanya, Rabu (29/11).
Hal ini diamini oleh Yanto (43) salah seorang warga Ngampin. Menurutnya, talud yang ambrol berada di sisi barat jembatan. Talud ini menyangga konstruksi jalan lingkar yang menguhubungkan Bintangan dengan Ngampin.
Awalnya warga setempat mengetahui talud sisi barat ini hanya terlihat retak memanjang. Namun akibat hujan deras yang mengguyur selama dua hari mengakibatkan talud tersebut ambrol hingga sebagian talud jembatan ini tampak menggantung.
Ia juga mengkhawatirkan jika tidak segera diperbaiki bisa membahayakan warga dan pengguna jalan sendiri. Apalagi di atas talud yang ambrol ini juga terdapat tiang lampu untuk penerangan jalan dan tidak dipasang rambu-rambu peringatan yang lebih jelas, kecuali hanya dipasang tiga buah drum bekas sebagai penanda agar badan jalan tersebut tidak dilalui kendaraan yang melintas di JLA.
Untuk itu, warga mengharapkan kerusakan fisik ini dapat segera ditangani. Sehingga dampaknya tidak semakin besar. "Karena pinggiran jalur rel wisata ini juga ada jalan yang selama ini juga menjadi akses penghubung warga," tambahnya.
Sementara itu, jika di lihat dari atas jembatan tak terlihat talud yang ambrol tersebut. Kemudian untuk memberikan rambu-rambu agar pengguna jalan tidak melintas di konstruksi jalan yang taludnya ambrol.
Berdasarkan pantauan, penyangga konstruksi jalan yang rusak ini merupakan talud setinggi sekitar enam meter. Tiap dua meter ketinggian talud di buat konstruksi terasering. Namun karena ada retakan yang sebelumnya terjadi mengakibatkan talud ambrol sepanjang hampir empat meter.