REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak hanya pakar kuliner, mendiang Bondan Winarso dikenal sebagai jurnalis andal yang kepribadiannya dinilai patut diteladani. Salah satu hasil liputannya yang menjadi salah satu acuan peliputan investigasi hingga kini adalah laporan mengenai skandal tambang emas Busang pada tahun 1997 yang kemudian dimuat dalam buku berjudul Bre X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi.
Hal itu diakui salah satunya oleh Pemimpin Redaksi Harian Tempo Arif Zulkifli. "Yang sangat fenomenal ya itu investigasinya tentang Busang," kata Arif kepada Republika.co.id, Rabu (29/11).
Menurut Arif investigasi yang berjudul "Busang dan Bre-X, Skandal Penipuan Terbesar dam Dunia Pertambangan RI" itu terbilang berani. Sebab, investigasi tersebut menceritakan tentang kebohongan-kebohongan Busang.
Tidak hanya itu, Arif juga memuji tulisan-tulisan Bondan yang selalu disajikan dengan gaya khas selama mendiang menjadi kolumnis Rubrik Kiat Tempo, sekaligus pengasuh rubrik tersebut pada tahun 1984. "Lalu saya juga rasa dia pelopor atau orang pertama yang berhasil membawa kuliner itu ke layar kaca. Kenikmatan lidah diangkat jadi visual ke layar kaca," jelas Arif.
Bagi Arif, setidaknya ada dua hal yang perlu diteladani dari pribadi Bondan sebagai sebagai seorang jurnalis. Pertama, kegemaran Bondan dalam membaca, lalu pribadinya yang mudah bergaul. "Baca dan gampang gaul, itu sih saya rasa yang patut diteladani," jelas Arief.
Pak Bondan, begitu ia kerap disapa, mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Harapan Kita, Rabu (29/11) pukul 09.15 WIB. Ia meninggal disebut akibat serangan jantung. Jenazah mendiang rencananya dibawa ke rumah di Sentul City, Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/11) siang.