REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Tingginya intensitas hujan akhir-akhir ini berpotensi meningkatkan kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di tengah masyarakat. Hal ini disikapi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi dengan menggelar pengasapan atau fogging massal di 40 titik yang tersebar di 33 kelurahan.
"Sudah tiga hari terakhir ini dilakukan fogging massal di sejumlah titik yang ditentukan," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi Lulis Delawati kepada wartawan Rabu (29/11).
Langkah fogging ini dilakukan di 40 titik yang lokasinya berada di 33 kelurahan dan tujuh kecamatan. Rencananya fogging massal ini akan tuntas pada 20 Desember mendatang. Saat ini petugas setiap hari melakukan fogging secara bergantian di puluhan titik tersebut.
Penentuan lokasi fogging, Lulis mengatakan, didasarkan pada kerawanan penyebaran DBD di masing-masing wilayah. Terutama di daerah yang kasus DBD nya cukup tinggi. Menurut Lulis, fogging massal dilakukan pada November dan Desember karena potensi peningkatan kasus DBD cukup besar. Dia mengatakan, pada bulan tersebut intensitas hujan cukup tinggi.
Harapannya, kasus DBD di awal 2018 pun bisa ditekan. Namun langkah fogging ini akan efektif bila dibarengi dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Sesuai prosedur ungkap Lulis, warga yang lingkungannya akan di fogging maka diharuskan melakukan kegiatan bersih-bersih. Kegiatan PSN tersebut untuk membunuh keberadaan jentik nyamuk. Setelah itu, dia mengatakan, fogging digelar untuk membunuh nyamuk dewasa.
Selain fogging massal, sebelumnya Dinkes juga menggelar fogging focus di sejumlah titik yang dilakukan berdasarkan penilaian. Fogging ini hanya bisa dilakukan jika di sebuah daerah ditemukan lebih dari satu kasus DBD positif. Lulis mengungkapkan kasus DBD di Kota Sukabumi mengalami penurunan sekitar 200 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2016 lalu total kasus DBD di Kota Sukabumi mencapai sebanyak 854 kasus.
Sementara pada 2017 ini terutama pada kurun waktu Januari-Oktober menunjukkan kasus DBD hanya sebanyak 318 kasus. Data ini memperlihatkan angka kesakitan karena DBD menurun.
Penurunan kasus ini ujar Lulis, salah satunya karena efektifnya sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tengah masyarakat. Selama ini Dinkes secara rutin melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai PHBS dan peduli lingkungan kepada masyarakat.