Kamis 30 Nov 2017 06:35 WIB

Rudal Korut yang Memprovokasi, Dunia Kembali Mengutuk

Rep: Fira Nursya'bani, Kamran Dikarma/ Red: Elba Damhuri
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemerintah Korea Utara menggelar uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua pada Rabu (29/11) dini hari WIB. Rudal yang dilaporkan mendarat di Laut Jepang tersebut diklaim mampu menjangkau ibu kota Amerika Serikat, Washington DC.

Dalam sebuah pengumuman khusus yang disiarkan di stasiun televisi pemerintah, Korut mengklaim uji coba rudal bernama Hwasong-15 telah berjalan sukses. Namun, klaim itu belum diverifikasi secara independen.

Pyongyang belum membuktikan mereka memiliki kemampuan untuk membawa hulu ledak nuklir mini bersama rudal jarak jauh untuk dikirimkan ke kota-kota di Negeri Paman Sam. Berbagai pernyataan kemudian dilansir otoritas AS, Jepang, dan Korsel, selepas uji coba tersebut.

Kementerian Pertahanan AS menyatakan rudal balistik antarbenua ini diduga diluncurkan dari Sain Ni (Korut) dan menempuh perjalanan sekitar 1.000 km sebelum jatuh di Laut Jepang. Rudal itu tidak menimbulkan ancaman bagi wilayah AS ataupun wilayah sekutunya.

Pemerintah Jepang memperkirakan rudal balistik antarbenua itu terbang selama sekitar 50 menit dan mendarat di kawasan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Jepang. Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera mengatakan rudal itu mencapai ketinggian 4.000 kilometer (km) dan terpecah sebelum mendarat di kawasan tersebut.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, rudal tersebut ditembakkan dari Pyongsong, sebuah kota di Provinsi Pyongan Selatan, sekitar pukul 18.10 waktu setempat. Militer Korsel mengatakan, rudal ini memiliki ketinggian sekitar 4.500 km dan terbang sejauh 960 km.

Sedangkan kalangan ilmuwan membenarkan klaim Korut yang memperkirakan rudal balistik antarbenua bisa mencapai AS.

Ahli fisika dan rudal di Union of Concerned Scientists David Wright menghitung, pada lintasan normal, rudal tersebut memiliki jarak tempuh hingga 13 ribu km. Jarak tersebut cukup untuk mencapai Washington dan wilayah-wilayah di bagian barat AS lainnya, termasuk Eropa atau Australia.

Wright mengaku tidak mengetahui berat muatan yang dibawa rudal terbaru Korut. Namun, mengingat peningkatan jangkauan, maka kemungkinan hulu ledak yang dibawa lebih ringan dibandingkan rudal yang diluncurkan pada Juli lalu, yaitu Hwasong-14.

"Jika benar, rudal tidak mungkin membawa hulu ledak nuklir ke tempat ini karena hulu ledak semacam itu akan jauh lebih berat," katanya.

Hal ini dibenarkan seorang pejabat intelijen AS yang menilai Hwasong-15 tidak lebih kuat daripada Hwasong-14. Hwasong-14 (rudal dengan perkiraan jangkauan 10 ribu km) diuji sebanyak dua kali pada Juli lalu. Sebuah rudal berikut juga diluncurkan Korut pada 29 Agustus dan mengudara selama sekitar 14 menit di atas Jepang.

Langkah Korut menggelar uji coba rudal balistik antarbenua hanya sepekan setelah Presiden AS Donald Trump menempatkan Korut ke dalam daftar negara yang mendukung terorisme. Hal tersebut memungkinkan AS untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi meski dikhawatirkan beberapa pakar akan berisiko hingga menimbulkan ketegangan lebih lanjut di Semenanjung Korea.

Korut telah melakukan puluhan uji coba rudal balistik di bawah kepemimpinan Kim Jong-un. Uji coba pada Rabu (29/11) dini hari WIB merupakan yang ke-20 sepanjang tahun ini.

Presiden AS Donald Trump telah merespons uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua terbaru oleh Korut. Dari responsnya, Trump tidak melontarkan ancaman atau kecaman. Ia hanya menyampaikan pernyataan normatif.

"Saya hanya akan memberi tahu Anda bahwa kami akan mengurusnya. Situasi ini akan kami tangani," kata Trump kepada awak media sebelum menggelar pertemuan dengan para pemimpin kongres dari Partai Republik di Gedung Putih, Selasa (28/11).

Pemerintah AS telah berkali-kali memaparkan semua opsi, termasuk opsi militer, dapat diambil dalam menghadapi Korut. Namun, Washington lebih menyukai solusi damai agar Pyongyang setuju untuk menyerahkan program senjata.

"Upaya diplomatik tetap berjalan dan terbuka. Untuk saat ini. AS tetap berkomitmen untuk menemukan jalan damai menuju denuklirisasi untuk mengakhiri potensi perang dengan Korut," kata Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengecam uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua terbaru milik Korut. Ia mengatakan, Pemerintah Korsel telah mengantipasi tindakan negara tetangganya itu. Moon menambahkan, tidak ada pilihan bagi masyarakat internasional selain terus menerapkan tekanan dan sanksi terhadap Korut. Komentar ini disampaikan Moon pada sebuah pertemuan keamanan nasional yang diadakan sesaat setelah Korut menuntaskan uji coba tersebut.

Tuai kutukan

Langkah Korut melakukan uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua menuai kutukan dari berbagai pihak di luar AS, baik Jepang maupun Korsel.

Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (The North Atlantic Treaty Organization/NATO) Jens Stoltenberg menilai, Korut kembali telah menebar ancaman terhadap keamanan regional dan internasional.

"Saya sangat mengutuk uji coba rudal balistik Korut yang baru. Ini merupakan pelanggaran lebih lanjut atas beberapa Resolusi Dewan Keamanan PBB," ujar Stoltenberg.

Resolusi yang dimaksud khususnya resolusi 2270 (2016), 2321 (2016) , 2356 (2017), dan 2371 (2017). Menurut dia, Korut harus segera melakukan perundingan dengan dunia internasional guna membahas proyek rudal. Hal ini dilakukan untuk menghindari pecahnya konflik di kawasan Semenanjung Korea.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengecam uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua yang dilakukan Korut. "Ini memperkuat tekad kami untuk meningkatkan tekanan pada Pyongyang dan solidaritas kami kepada mitra kami," kata Macron di akun Twitter pribadinya seperti dikutip Rabu (29/11).

Pemerintah Republik Indonesia turut mengecam uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua oleh Korut. Uji coba ini dinilai tidak sejalan dengan semangat menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan dan dunia. Dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri RI, Rabu (29/11), tindakan Korut dinilai tidak bertanggung jawab.

"Indonesia mendesak Korea Utara agar sepenuhnya memenuhi kewajiban internasional, termasuk melaksanakan sepenuhnya resolusi-resolusi DK PBB," tulis Kemenlu RI.

(Hasanul Rizqa/Marniati/Reuters, Pengolah: Muhammad Iqbal).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement