REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, yang berada pada ketinggian 3.142 mdpl kembali menunjukkan aktivitas tremor terus menerus (overscale) selama 24 menit, Kamis (30/11).
"Kami mencatat hari ini Gunung Agung kembali tremor overscale antara Pukul 7.55 WITA hingga Pukul 08.19 WITA dan kemudian menurun kembali akibat adanya pergerakan magma di dalam kawah," kata Kepala PVMBG Kasbani, saat ditemui di Pos Pantau Gunung Agung Desa Rendang, Karangasem.
Ia mengatakan, gempa tremor ini terjadi akibat aktivitas vulkanik Gunung Agung yang sangat tinggi dan fluktuatif, sehingga potensi terjadinya erupsi masih akan terjadi setiap saat. Kasbani menjelaskan, gempa overscale ini amplitudonya melebihi 23 mm atau dikatakan mencapai titik maksimal yang terdeteksi dari rekaman seismograf. "Hingga saat ini kondisi Gunung Agung sangat kritis dan sudah masuk fase erupsi magmatis," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana menambahkan, gempa tremor overscale ini terjadi sangat singkat dibandingkan pada Rabu (29/11) lalu. "Tremor overscale hari ini cukup singkat dan sebelum terjadinya erupsi akibat tremor ini sudah dipastikan adanya gempa vulkanik dahulu," ujarnya.
Akibat tremor ini, emisi abu terus dan tipe Gunung Agung ini melakukan aktivitasnya seperti maraton dan harus sabar menunggu sampai aktivitas gunung tertinggi di Bali ini mereda. Sebelum ada overscale ini, akan ada onside tremor yang gradual yang diikuti tremor lebih besar yang sumber energinya berasal dari dalam kawah dan terekam lebih dekat menuju perekaman yang dimiliki PVMBG. "Gunung Agung mengeluarkan energi maksimumnya untuk terjadinya erupsi yang sifatnya stromboli dan juga ada juga erupsi lava ke dasar kawah," ujarnya.
Tujuan dari PVMBG melakukan mitigasi ini untuk melindungi masyarakat dan tidak ingin adanya korban akibat terdampak material vulkanik ini akibat erupsi ini dan ingin memberikan yang terbaik kepada masyarakat. "Untuk saat ini rekomendasi kami adalah agar tidak ada masyarakat yang ada di radius bahaya delapan kilometer dengan perluasan sektoral masih sepuluh kilometer kearah utara, timur laut, tenggara, selatan dan barat daya," ujarnya.
Selain itu, ia mengimbau kepada masyarakat yang berada di luar zona bahaya itu, agar menyiapkan masker untuk menghindari terpaparnya abu vulkanis yang terhirup ke pernafasan, iritasi kulit, dan gangguan penglihatan.