REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lembaga riset yang berbasis di Amerika Serikat, Pew Research Center, menyebutkan bahwa populasi Muslim di Eropa bisa membentuk lebih dari 11 persen dalam beberapa dekade mendatang. Hal itu jika tingkat migrasi legal tetap bertahan. Dilansir dari Al Arabiya, Kamis (20/11), saat ini populasi Muslim di Eropa berada di bawah lima persen.
Dalam penelitian yang berjudul 'Pertumbuhan Populasi MUslim Eropa;, lembaga riset tersebut mengeluarkan tiga proyeksi berdasarkan skenario migrasi yang berbeda. Mereka di antaranya berdasarkan, kedatangan nol, arus medium, dan migrasi tinggi.
Penelitian itu menunjukkan, bahkan jika semua migrasi ke Eropa segera dihentikan, populasi Muslim dari 28 anggota Uni Eropa ditambah Norwegia dan Swiss akan meningkat menjadi 7,4 persen. Sebelumnya pada 2016, populasi Muslim Eropa tersebut sebesar 4,9 persen.
Menurut angka dari badan pengungsi PBB, eropa menerima lebih dari satu juta migran dan pengungsi pada 2015. Sebagian besar datang dari negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Pew, yang mendasarkan proyeksinya pada data pemerintah dan penelitian lainnya, menjelaskan bahwa kenaikan itu diakibatkan karena tingkat kesuburan di kalangan umat Islam lebih tinggi. Rata-rata penduduk Muslim berusia 13 tahun lebih muda daripada non-Muslim.
Selanjutnya, skenario 'arus medium' didasarkan pada kembalinya tingkat migrasi yang terlihat sebelum masuknya pengungsi pada 2015/2016. Berdasarkan skenario itu, proporsi orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai seorang Muslim diproyeksikan lebih dari dua kali lipat menjadi 11,2 persen dari populasi pada 2050.
Model ketiga didasarkan pada pengungsi, yang kebanyakan mereka adalah Muslim. Pengungsi tersebut terus sampai pada rekor jumlah yang terlihat pada 2015 dan 2016. Berdasarkan skenario itu, Muslim akan mencatat sebanyak 14 persen dari populasi Eropa pada 2050. Menurut Pew, angka itu masih jauh lebih kecil daripada populasi Kristen dan penduduk tanpa agama.
Penulis laporan tersebut juga mencatat bahwa arus pengungsu sudah mulai menurun, sejalan dengan upaya Uni Eropa untuk mengendalikan pendatang. Karena itu, laporan itu menunjukkan bahwa hasil dari model ketiga kemungkinan tidak akan terjadi.
Proyeksi Pew menunjukkan bahwa Eropa tidak terpengaruh oleh migrasi. Kalau pun pendatang dihentikan sama sekali, Prancis akan terus memiliki komunitas Muslim terbesar di Eropa. Untuk diketahui, Prancis merupakan rumah bagi sekitar 5,7 juta Muslim (8,8 persen) pada 2016.
Di bawah skenario 'medium', Inggris yang merupakan tujuan utama migrasi Muslim non-pengungsi, akan menggeser Prancis. Sementara di bawah skenario 'arus tinggi', angka pertumbuhan Muslim akan mengarah ke Jerman. Jerman telah menerima lebih dari 1,5 juta pengungsi dalam dua tahun terakhir.
Laporan tersebut juga menyoroti peran migrasi dalam membendung penurunan populasi di Eropa. Dengan tidak adanya migran lebih lanjut, populasi Muslim diproyeksikan menyusut dari 521 juta pada 2016 menjadi 482 pada 2050. Di bawah skenario 'medium', populasi akan meningkat menjadi 517 juta orang. Sedangkan dalam skenario migrasi 'tinggi', populasi akan menjadi 539 juta orang. Sementara itu, di Eropa sendiri beberapa partai politik sayap kanan telah meningkatkan retorika anti-Muslim di belakang mereka. (Kiki Sakinah)
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement