Jumat 01 Dec 2017 07:58 WIB

Tanggapan Waketum MUI Terhadap Reuni Aksi 212

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Bilal Ramadhan
Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Saadi.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Saadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zainut Tauhid Sa'adi mengatakan, di era demokrasi seperti sekarang ini, sah-sah saja orang berkumpul untuk menyampaikan aspirasi dan pendapat. Sepanjang hal itu dilakukan dengan mematuhi ketentuan perundang-undangan.

"Bagi saya peristiwa 212 merupakan peristiwa yang sangat fenomenal dan hanya bisa terjadi karena kehendak Allah SWT semata," kata Zainut kepada Republika.co.id, Kamis (30/11).

Ia mengatakan, berkumpulnya jutaan manusia dalam waktu yang singkat di satu tempat dengan tujuan yang sama dan dengan hati yang ikhlas semata karena ingin mengungkapkan rasa keimanannya kepada Allah. Hal tersebut merupakan pengalaman yang sulit untuk dihapus begitu saja.

Ia menerangkan, sebenarnya dalam sejarah Islam banyak juga peristiwa fenomenal yang terjadi, bahkan melebihi peristiwa 212. Jika menyamakan peristiwa 212 adalah bentuk dari jihad terhadap kemungkaran. Pada zaman nabi ada peristiwa Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq dan beberapa perang yang lain.

Zainut melanjutkan, begitu juga pada masa sahabat dan generasi kekhalifahan sesudahnya. Banyak sekali peristiwa yang sangat besar dan fenomenal yang bahkan membawa kepada masa kejayaan Islam. "Pertanyaan sederhananya pernahkah kita berfikir untuk memperingati peristiwa-peristiwa tersebut?," ujarnya.

Ia menjelaskan, ada satu peristiwa yang kemudian oleh sebagian umat Islam diperingati, yaitu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Peringatan tersebut awalnya diselenggarakan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi, pendiri Dinasti Ayyubiyah dari Tikrit, Irak. Tujuannya dalam rangka untuk menyemangati para pejuang Muslim menghadapi tentara Salib.

Tapi peringatan maulid Nabi tersebut oleh sebagian umat Islam yang lain dianggap bid'ah. Bahkan tidak jarang dijadikan media untuk mengolok-olok bahkan sampai pada penilaian penyesatan.

"Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para prakarsa acara reuni 212, apakah sudah begitu hebatkah perjuangan kita dengan peristiwa 212, yang sudah berhasil mengantarkan seorang penista Alquran ke penjara, sehingga harus kita bentuk forum alumni dan kemudian kita peringati peristiwa itu setiap tahunnya?," ujarnya.

Ia menyampaikan, sementara masih banyak pekerjaan umat yang terbengkalai, yang menuntut untuk segera ditangani. Islam mengajarkan untuk selalu memandang ke depan, jangan terus menengok ke belakang. Boleh menengok ke belakang tapi dengan maksud untuk melakukan muhasabah, perbaikan untuk hari esok yang lebih baik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement