REPUBLIKA.CO.ID, MERAK -- Badai Siklon Dahlia menyebabkan Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni (Lampung) Merak (Banten) ditutup hingga sembilan jam, sejak Kamis (30/11) pukul 18.00 WIB sampai Jumat (1/12) pukul 3.00 WIB. Angin kencang disertai hujan ringan menyebabkan gelombang laut mencapai empat sampai lima meter di Perairan Selat Sunda.
Kapal fery yang mengangkut penumpang dan kendaraan dari kedua pelabuhan terpaksa dibatalkan berangkat karena ombak yang tinggi, angin kencang yang kuat berkisar 30 knot sampai 45 knot mengakibatkan kapal fery berlambung besar tersebut goyang. Dermaga pelabuhan dilaporkan bergoyang kuat karena hempasan ombak setinggi empat meter dari laut Selat Sunda.
Tak hanya itu, Kapal Motor Penumpang (KMP) Titian Muhibah yang mengakut penumpang dan kendaraan dari Pelabuhan Merak bergoncang, sebuah mobil truk trailer muatan tiang terguling dalam kapal. Penumpang yang berada di dalam KMP Titian Muhibah banyak yang mabuk laut, namun tidak ada korban jiwa dan kapal bergerak bisa menyandar di Dermaga Pelabuhan Bakauheni.
Untuk menghindari keadaan yang tidak diinginkan PT ASDP memutuskan menghentikan aktivitas kapal dan pelabuhan di dua pelabuhan tersebut, sejak Kamis petang, hingga batas waktu belum ditentukan. Manajer Operasional PT ASDP Cabang Bakauheni Sugeng Purwono mengatakan, penutupan penyeberangan pelabuhan dan menghentikan semua aktivitas kapal fery di Selat Sunda untuk mengantisipasi dampak buruk Siklon Dahlia.
"Pelabuhan ditutup sejak Kamis pukul enam sore. Ini karena semata-mata untuk keselamatan penumpang kapal, karena cuaca belum membaik," kata Sugeng Purwono kepada Republika.co.id, Jumat (1/12).
Ia mengatakan manajemen PT ASDP tidak melihat lagi persoalan kendaraan pribadi dan truk barang yang menumpuk atau penumpang yang ingin menyeberang terhambat, persoalannya kondisi cuaca saat ini sedang buruk karena badai Siklon Dahlia yang menyerang pesisir barat dan selatan Sumatra.
Penutupan Pelabuhan Bakauheni dan Merak, menurut dia, akan dibuka kembali dan kapal bisa beroperasi lagi bergantung dengan cuaca dan angin kencang di Perairan Selat Sunda. Saat ini, ungkap dia, cuaca sedang tidak baik dan angin kencang melebihi kecepatakan yang dapat ditolerir oleh kapal.
Sembilan jam Pelabuhan Bakauheni dan Merak ditutup, berdampak pada kendaraan truk barang yang melintas dari Jawa dan Sumatra terganggu. Penumpukkan truk di pelabuhan bakauheni tak terhindarkan. Sedangkan truk-truk yang melintas di Jalan Lintas Sumatra (Jalinsum) terpaksa menghentikan laju kendaraan menuju Pelabuhan Bakauheni.
Truk-truk barang dari arah Palembang menuju Pelabuhan Bakauheni pada Kamis malam, terpaksa menginap di SPBU dan rumah makan di Jalan Lintas Soekarno-Hatta Kota Bandar Lampung, menunggu informasi pelabuhan penyeberangan dibuka kembali. "Kami parkir dulu di SPBU Jalan Soekarno-Hatta daripada melanjutkan ke pelabuhan," ungkap Rudi, sopir truk barang tujuan Bandung.
Ia dan rekan sesama sopir truk banyak menghentikan truknya di jalan, dan menginap di Kota Bandar Lampung, karena telah mendapat informasi kapal fery tidak beroperasi di malam hari, karena faktor cuaca dan gelombang tinggi.
Tak hanya truk, bus penumpang Damri dan bus lainnya tertunda keberangkatannya untuk menyeberang ke Pulau Jawa. "Saya tidak jadi berangkat jam 9 malam, karena petugas mengatakan perjalanan ditunda sampai pelabuhan dibuka lagi," kata Wati, penumpang PO Damri di Stasitun Tanjungkaran.
Penutupan Pelabuhan Bakauheni Merak sangat jarang terjadi, karena mobilitas dua pelabuhan tersebut sangat penting untuk distribusi barang dan penumpang antara Pulau Sumatra dan Jawa. Bila pelabuhan ditutup maka distribusi barang dan komoditas pangan dan sembako terganggu, dan menyebabkan pasokan terhambat sehingga berdampak pada harga di pasaran.
"Kalau pelabuhan ditutup lama, otomatis pasokan barang dan sembako Jawa dan Sumatra terganggu, harga mulai naik. Mudah-mudahan cuaca normal kembali, karena memang ombak lagi tinggi di Selat Sunda sampai lima meter," kata Usman, pemilik toko sembako di Kota Bandar Lampung.