Jumat 01 Dec 2017 12:03 WIB

Fathu Makkah, Jalan Menundukkan Jazirah Arab

Rep: Amri Amrullah/ Red: Joko Sadewo
.
.

REPUBLIKA.CO.ID, Penaklukan kota Makkah atau dikenal Fathu Makkah menjadi momen paling bersejarah dalam perkembangan Islam. Terjadi pada 10 Ramadhan tahun ke 8 Hijriah, 12 ribu pasukan Muslimin dari Madinah dan suku-suku yang telah masuk Islam, menyerbu kota Makkah untuk ditaklukkan. Penaklukkan Makkah ini dilakukan tanpa peperangan dan pertumpahan darah. Namun terjadinya Fathu Makkah bukan tanpa sebab.

Setelah disepakatinya perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah dengan Quraisy Makkah, suku-suku Arab diminta memilih bergabung dengan dua kekuatan ini. Apakah memilih bersama Rasulullah atau Quraisy Makkah. Bani Bakar memilih bergabung ke Quraisy dan Bani Khuza'ah bergabung bersama Rasulullah. Kedua suku Arab ini memang selalu saling berperang. Perjanjian Hudaibiyah membuat kedua suku ini berdamai sementara.

Namun tak berapa lama, Bani Bakar memulai pengkhianatan dengan membuat kekacauan. Seorang pemuda dari Bani Bakar sengaja bersyair menyanyikan ejekkan kepada Rasulullah. Mendengar ejekan tersebut, seorang pemuda dari Bani Khuza'ah memukul pemuda itu. Terjadilah pertengkaran dan berujung kerusuhan antar dua kabilah ini. Kerusuhan ini seperti menghidupkan permusuhan lama keduanya.

Pada suatu malam pemuda Bani Bakar membalas dendam, dengan mendatangi kediaman Bani Khuza'ah. Mereka membunuh 20an orang pemuda Bani Khuza'ah. Penyerbuan Bani Bakar inipun didukung sejumlah kaum Quraisy. Penyerbuan kaum Quraisy ini dianggap pelanggaran perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah dan Abu Sufyan dari pihak Quraisy.

Kabar ini pun sampai di telinga Abu Sufyan. Mendapat kabar pelanggaran Hudaibiyah ini Abu Sufyan ke Madinah. Ia merasa perlu bertemu Rasulullah meminta gencatan senjata, dan persoalan ini tak membatalkan perjanjian Hudaibiyah. Abu Sufyan dan penduduk Makkah saat itu sadar bahwa kekuatan kaum Muslimin di bawah kepemimpinan Rasulullah semakin kuat dan jumlahnya semakin besar.

Karena itu Abu Sufyan paham menjaga hubungan dengan Madinah amat sangat penting agar Makkah tidak diserang. Namun di sisi lain pemimpin Bani Khuza'ah, Amr bin Salim al Khuza'i telah menemui terlebih Rasulullah di Madinah. Ia mengadukan penyerangan Bani Bakar yang dibantu orang Quraisy membunuh 20an anggota Bani Khuza'ah.

Mendengar laporan itu, Rasulullah marah dan berjanji akan bersikap tegas kepada Bani Bakar dan kaum Quraisy di Makkah. Ketika Abu Sufyan datang ke Madinah untuk bernegosiasi dengan Rasulullah, perihal gencatan senjata. Rasulullah menolak tawaran gencatan senjata  Abu Sufyan itu.

Abu Sufyan pun meminta para sahabat, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib meminta adanya gencatan senjata. Namun para sahabat menolak tawaran Abu Sufyan ini. Hingga akhirnya ia pulang kembali ke Makkah dengan penuh kekhawatiran akan keselamatan kaum Quraisy di Makkah.

Rasulullah kemudian berunding dengan Abu Bakar, dan Umar untuk mengirim pasukan ke Makkah. Sikap Rasulullah ini kemudian disetujui Umar bin Khattab. Umar berkata kepada Rasululah, "Demi Allah ya Rasulullah, engkau takkan bisa menundukanseluruh Arab sebelum engkau menundukkan penduduk Makkah." Rasulullah pun menyetujui perlunya mengirim pasukan skala besar ke Makkah sebagai peringatan.

Rasulullah berangkat bersama pasukan Muslimin Madinah berjumlah 10 ribu orang. Sebelumnya Rasulullah telah mengirimkan surat kepada beberapa suku badui yang telah memeluk Islam untuk ikut menyertakan pasukan bersama ke Makkah. Dalam perjalanan, 2000 pasukan dari beberapa suku ikut bergabung menuju Makkah. Di antaranya Bani Sulaim, Bani Ghifar, Bani Aslam, Bani Ka'ab, Bani Muzainah, Bani Juhainah dan Bani Asyja'.

Abu Sufyan yang mendapat kabar datangnya 10 ribu pasukan Muslimin ke Makkah terlihat sangat takut sehingga berusaha bertemu Rasulullah dan para sahabat sebelum pasukan memasuki Makkah. Rasulullah memintanya masuk Islam sebelum pasukan Muslimin mendatangi Makkah dan menghukum orang-orang Quraisy yang memerangi kaum Muslimin. Tawaran itupun diterima Abu Sufyan, dan akhirnya Abu Sufyan masuk Islam sebelum pasukan Muslimin memasuki Makkah.

Rasulullah kemudian menjanjikan kepada Abu Sufyan, siapapun yang memasuki rumah Abu Sufyan saat Fathu Makkah ia akan aman. Janji Rasulullah ini kemudian dipegang Abu Sufyan. Ia pun kembali ke Makkah dan menyampaikan pesan penaklukkan Makkah oleh kaum Muslimin dengan 10 ribu pasukan. Mendengar ucapan Abu Sufyan, kaum Musyrikin sangat ketakutan.

Para tokoh Quraisy pun berbondong-bondong berusaha melarikan diri. Namun usaha mereka itupun sia-sia. Pasukan Muslimin memasuki kota Makkah dari berbagai penjuru. Rasulullah bersama sahabat memasuki dari arah atas Makkah, sedangkan pasukan lain dibawah kepemimpinan Khalid bin Walid masuk dari arah Makkah bawah. Beberapa tokoh Quraisy yang berusaha melarikan diri dikejar oleh pasukan Khalid bin Walid dan ditangkap.

Rasulullah memasuki Makkah dengan menaiki unta beliau bernama al Qashwa dan menundukkan wajahnya ketika di depan Ka'bah. Tatkala Rasulullah sampai di Ka'bah bersama kaum Muslimin, Nabi mengusap Hajar Aswad seraya bertakbir. Kemudian Rasulullah bertawaf tujuh kali putaran. Setelah itu Rasulullah turun dari untanya dan mendekati Maqam Ibrahim, lalu shalat dua rakaat dan menuju sumur Zam-zam meminum air Zam-zam dan berwudhu darinya.

Kemudian Rasulullah berpesan kepada penduduk Makkah, "Barang siapa yang berada di rumah Abu Sufyan, dia akan aman. Barang siapa yang masuk masjid, dia aman. Barang siapa masuk rumah dan menutup pintunya, dia aman." Pasukan Muslimin membersihkan Ka'bah dari semua berhala di dalam dan disekitarnya.

Rasulullah pun lalu masuk ke dalam Ka'bah dan melakukan shalat dua rakaat diantra dua tiang Yamani. Ketika masuk waktu dhuhur, Rasulullah kemudian menyuruh Bilal naik ke atas Ka'bah dan mengumandangkan azan.

Setelah itu Rasulullah berpesan, "Hai sekalian orang-orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian keangkuhan Jahiliyah dan berbangga dengan nenek moyang. Manusia itu berasal dari Adam, dan Adam itu diciptakan dari tanah." Penaklukkan Makkah menjadi sangat monumental, sejak saat itu penyebaran Islam ke sentero Jazirah Arab semakin pesat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement