REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono menyatakan sampai saat ini ada 400 orang lebih yang menghubungi kontak hotline Polda terkait kasus penyerangan terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Namun, meski yang menghubungi sudah mencapai ratusan orang, polisi mendapat informasi yang signifikan terkait dua orang yang diduga sebagai penyiram Novel.
"Ada sekitar 400 lebih ya yang sudah masuk (menghubungi nomor hotline Polda, Red). Untuk petunjuk signifikan belum ada," kata dia di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (1/12).
Argo menjelaskan, kebanyakan yang menghubungi hotline tersebut hanya untuk memastikan kebenaran nomor hotline yang disampaikan polisi kepada masyarakat. "Kalau pas kita telepon, kita tanyakan, hanya ngecek saja, benar enggak nomor ini, jadi setelah kita tanyakan soal informasi yang didapatkan belum ada sama sekali," katanya.
Bahkan, ada juga yang terkesan iseng menghubungi nomor hotline tersebut. Sebab, saat petugas hotline mengonfirmasi identitas, penelpon tersebut langsung mematikan sambungan telponnya. "Bahwa yang telpon biasanya setelah kita cek kembali, kita konfirmasi identitas, langsung dimatikan," tuturnya.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Idham Azis pada 24 November lalu mendatangi kantor KPK untuk berkoordinasi soal perkembangan kasus penyerangan Novel. Idham saat itu menyatakan Polda Metro Jaya membuka hotline bagi masyarakat yang mempunyai informasi soal dua orang yang diduga sebagai pelaku penyiram Novel. Nomor hotline-nya adalah 081398844474.
"Ini 24 jam, ada operator, ada ruangannya di Polda yang kita siapkan. Kami harap kerja sama dan bantuan dari masyarakat untuk bisa memberi informasi kepada jajaran Polda atau teman-teman di KPK kalau bisa memberi informasi tadi," paparnya.
Idham saat itu juga menuturkan persentase keterlibatan dua orang yang diduga sebagai pelaku dalam penyiraman Novel Baswedan sebesar 90 persen. Tingginya persentase ini didasarkan pada hasil keterangan saksi. "Dari hasil keterangan saksi ini sudah 90 persen bahwa dua gambar itu diduga terlibat di dalam penyiraman novel," ujar dia.
Mengenai motif, lanjut Idham, kepolisian belum mengetahuinya. Sebab menurutnya, tentu motif baru bisa diketahui setelah pelaku berhasil ditangkap. Meski begitu, pihaknya terus melakukan pemetaan untuk mengetahui motif penyiraman.
"Motif baru tahu setelah ditangkap. Kan ada dua langkah, induktif, deduktif juga. Kalau deduktif dilihat dari keluarga dia, latar belakang, pekerjaannya, kita juga lagi mapping," ujarnya.