REPUBLIKA.CO.ID, BELANDA -- "Anda seharusnya tidak melakukan retweet berita palsu". Itulah pesan yang diberikan sebuah situs Belanda untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump usai membagikan ulang klaim palsu yang dibuat oleh kelompok sayap kanan anti-Muslim Inggris.
Salah satu pengelola situs video Dumpert, Rene van Leeuwen mengatakan pada ABC News, situsnya pernah mengungah video itu pada 13 Mei lalu. Namun, video kekerasan itu segera dihapus karena permintaan aparat kepolisian setempat. "Video itu menunjukkan pemukulan seseorang oleh orang lain," kata van Leeuwen, Kamis (30/11).
Situs video yang berbasis di Belanda itu memberi keterangan pada video tersebut kebiadaban sehari-hari. Situs itu sama sekali tak menyebut seorang migran Muslim.
Van Leewen beranggapan, apabila seseorang ingin melawan berita palsu, maka jangan retweet berita palsu. Terkadang kenyataan mengalahkan apa pun yang ingin anda lakukan. "Saya rasa begitulah yang terjadi di sini," ujar dia.
Polisi dan jaksa Belanda mengkonfirmasi video itu tak menunjukkan seorang Muslim atau migran melakukan kekerasan.
Wakil pemimpin partai paling kanan Britain First, Jayda Fransen membagikan video kekerasan di akun twitter pribadinya pada Selasa (28/11). Ia memberi keterangan pada video, migran Muslim mengalahkan anak laki-laki Belanda dengan tongkat kruk!
Sejak didirikan pada 2011, Partai Britain First mengorganisir demonstrasi melawan ekstremisme Islam dan migrasi massal. Anggotanya mengadakan patroli Kristen di beberapa bagian di London lokasi tinggal umat Islam. Serta, mengunjungi para pengungsi dan migran di kamp di Calais, Prancis.
Kunjungannya ke Calais, mendesak pengungsi tidak datang ke Inggris. Kelompok tersebut berdalih menentang penjajahan Tanah Air kita melalui imigrasi.
Sementara Fransen, pernah menghadapi tuduhan pelecehan agama atau ras cukup parah. Sayangnya, dia bebas dengan jaminan sebelum persidangan dimulai pada 29 Januari lalu.
Trump melakukan retweet tiga video anti Muslim yang tidak terverifikasi dari akun twitter Fransen. Tindakan Trump memicu kontroversi global. Seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris Theresa May menyebut tindakan Trump membagikan video itu salah.
Sekretaris pers Gedung Putih Sarah Sanders membela Trump. Ia beralasan Presiden Trump memperingatkan melalui video, ada ancaman nyata.