REPUBLIKA.CO.ID, JERMAN -- Nahdlatul Ulama (NU) Jerman bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Jerman di Berlin, Jerman mengadakan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad pada Ahad (26/11). Ketua Tanfiziyah NU cabang istimewa Jerman, Muhammad Rodlin Billa acara Jerman Bershalawat ini tidak hanya untuk sekedar memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
"Tetapi juga ditekankan sebagai sarana untuk menjalin silaturahim antar seluruh warga masyarakat Indonesia yang berada di Jerman" kata pria yang biasa disapa Gus Oding pada siaran pers yang diterima Republika, Rabu (29/11).
Duta Besar (Dubes) RI untuk Jerman, Fauzi Bowo membuka acara tersebut. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Abd A'la hadir sebagai pembicara dan pengisi acara. "Peran Rasulullah dalam mengembangkan budaya toleransi dan saling menghargai antar sesama manusia. Selain itu, Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di Indonesia telah mampu menunjukkan kepada dunia akan pentingnya toleransi antar umat beragama," kata Abd.
Sementara itu Fauzi Bowo menambahkan, maka perlu selalu menjaga kedamaian dan kenyamaan agar terus tercipta kerukunan. Hal tersebut akan menjadi contoh dan tauladan bagi negara lain untuk menerapkan toleransi dalam keberagaman.
Acara Jerman Bershalawat itu tidak hanya dihadiri oleh kalangan Muslim di Jerman, akan tetapi juga warga Indonesia non Muslim. Warga Indonesia yang hadir juga beragam dan berasal dari berbagai kalangan NU, Muhammadiyah, kelompok-kelompok pengajian, diskusi dan pelajar Indonesia di seluruh wilayah Jerman. Masyarakat Indonesia di Jerman dari berbagai wilayah di Jerman, seperti dari Munich, Frankfurt, Leipzig, Koln menghadiri acara ini. Ada juga warga negara asing yang turut memeriahkan acara tersebut. Kegiatan tersebut dimeriahkan dengan kehadiran menu masakan Nusantara yang disajikan oleh salah satu warga Indonesia pemilik restoran masakan Indonesia di Berlin.
Sementara itu, Abd A'la juga menghadiri undangan sebagai doktor penguji pada sidang disertasi mahasiswa asal Indonesia, Kamal Yusuf di jurusan Orientalisches Institut, Universitas Leipzig. Kamal meneliti tentang konsep diri dan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia. Dalam ujian terbuka itu, Kamal Yusuf mampu mempertahankan disertasinya dihadapan komisi penguji dengan meraih predikat Magna Cum Laude, dan berhak menyandang gelar Dr Phil.