REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Museum Adityawarman Sumatera Barat memamerkan sejarah pers di Minangkabau dalam rangka menyambut Hari Pers Nasional yang bakal diselenggarakan di Kota Padang pada 2018.
"Pameran ini dalam rangka mengenalkan sejarah pers di Sumbar terutama untuk generasi muda dan sebagai media pembelajaran bagi pelajar," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Adityawarman, Adi Saputra di Padang, Jumat (1/12).
Sebanyak 83 koleksi dipajang dalam pameran itu yang terdiri atas 59 surat kabar dari masa ke masa, 12 benda penunjang pers seperti kamera, mesin tik, telepon, radio alat perekam suara, serta foto-foto tokoh pers Sumbar seperti Adinegoro dan Rohana Kudus.
Pameran tersebut diselenggarakan selama enam bulan mulai dari 1 Desember 2017 hingga 1 Juni 2018. Menurutnya anak-anak muda banyak yang tidak tahu perjalanan sejarah Sumbar dari masa ke masa dan siapa saja tokoh-tokoh pers di provinsi ini.
Dalam beberapa referensi, kata Adi, media massa di Sumbar terbagi dalam beberapa periode, seperti periode awal yang ditandai dengan penerbitan surat kabar berbahasa Belanda yang menyuarakan kepentingan pemerintah atau kaum penjajah.
Periode kedua, ciri utamanya yakni mulai dominannya surat kabar dan majalah berbahasa Melayu yang diterbitkan oleh orang Minangkabau.
Kemudian yang ketiga pada zaman terbelenggunya perkembangan informasi , sesuai kebijakan Pemerintah Jepang hanya boleh satu media yang boleh terbit, yakni surat kabar Padang Nippon.
"Ada beberapa periode setelah itu, seperti periode berjuangnya media massa untuk menggelorakan kemerdekaan, dan periode demokrasi liberal," ujarnya.
Kemudian yang keenam yakni periode intervensi yang berlangsung sejak proklamasi hingga peristiwa Gerakan 30 September oleh PKI.
Sementara Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengatakan pameran sejarah pers ini merupakan momen bagi generasi muda untuk belajar mengenal sejarah media massa. "Banyak hal yang bisa dipelajari, apalagi media berperan dalam kemerdekaan dan menyuarakan kepentingan negara," katanya.