Sabtu 02 Dec 2017 06:57 WIB

Umat Harus Tuntaskan Misi Kenabian

Rep: Debbie Sutrisno, Dessy Suciati Saputri/ Red: Elba Damhuri
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) berbincang dengan ulama usai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1439 H/2017 M di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/11).
Foto: Puspa Perwitasari/Antara
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) berbincang dengan ulama usai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1439 H/2017 M di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW mesti dijadikan momentum meneladani Rasulullah. Menurutnya, tugas umat Islam Indonesia adalah mewujudkan misi kenabian dalam kehidupan sehari-hari.

"Sekali lagi, tugas kita adalah melanjutkan misi kenabian tersebut menjadi nyata," ujar Jokowi dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Tahun 1439 H di Istana Kepresidenan, Bogor, Kamis (30/11) malam.

Menurut Jokowi, dengan memperingati Maulid Nabi, masyarakat perlu berupaya meneruskan keteladanan Nabi, menjadi lebih bertakwa, serta mewujudkan Islam yang membawa rahmat dan kesejahteraan.

Salah satu keberhasilan Nabi Muhammad yang patut diteladani, yakni dalam membangun Kota Madinah. "Madinah adalah bukti kerukunan persatuan dan lintas etnis, kerukunan lintas klan, kerukunan lintas agama, dan antarkelompok pendatang, kelompok Muhajirin dengan kelompok Anshar," kata Presiden.

Selain itu, menurut Presiden, Madinah menjadi bukti keadilan, penghormatan, dan penegakan hukum. Sebab, kehidupan masyarakat sebelumnya penuh dengan konflik yang kemudian menjadi masyarakat yang taat hukum.

Kota Madinah, lanjut Jokowi, juga menjadi bukti sistem perekonomian yang berkeadilan serta mengedepankan kesejahteran dan pemerataan. Untuk meneruskan keteladanan Nabi, Presiden mengingatkan masyarakat yang memiliki perekonomian yang lebih baik agar membantu yang kurang mampu.

"Yang kuat wajib membantu yang lemah, yang kaya wajib membantu yang miskin," kata Joko Widodo dalam sambutannya pada peringatan Maulid Nabi di Istana Kepresidenan, Kamis (30/11).

Ekonomi berkeadilan itu, menurut Presiden, bisa dibangun melalui usaha-usaha mikro, usaha menengah milik umat, dan pembiayaan-pembiayaan serta program-program sosial pemerintah.

Ia menginginkan, warga Indonesia berupaya mewujudkan keadilan Madinah di Indonesia masa sekarang. "Kita harus mampu membangun Madinah-Madinah yang baru. Membangun masyarakat Indonesia yang damai, adil, dan makmur."

Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Istana Kepresidenan Bogor dihadiri sejumlah pejabat. Sebanyak 50 anak-anak yatim piatu berusia tujuh tahun ke bawah juga menghadiri peringatan tersebut. Ceramah agama pada acara itu disampaikan Habib Jindan bin Naufal bin Salim bin Ahmad bin Jindan.

Terkait perayaan Maulid Nabi, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir juga mengingatkan agar tak berhenti di ritual saja. Menurutnya, Maulid Nabi harus menjadi momentum bagi elite umat dan bangsa untuk menampilkan keteladanan, yang saat ini mengalami erosi nilai.

“Maulud jangan berhenti di ritual. Yang paling penting, meneladani uswah hasanah Nabi SAW dan misi risalahnya,” kata dia, Jumat (1/12).

Salah satu hal utama yang mesti dicontoh dari Rasulullah, kata Haedar, adalah kesesuaian serta keutamaan pikiran, sikap, dan tindakan.

Haedar juga berharap agar publik pada umumnya merenungi keteladanan Nabi Muhammad SAW untuk kemudian hal itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari umat dan warga bangsa juga perlu menunjukkan sifat amanah dan mulia, sebagaimana dicontohkan Rasulullah.

Ketua PBNU Koordinator Lembaga Dakwah dan Tamkir Masjid, KH Manan Ghani, mengatakan, umat Islam harus meneladani Nabi Muhammad SAW dalam membumikan Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam.

Kiai Manan menuturkan, Indonesia yang dibangun atas keragaman umat juga harus meneladani Nabi dalam membangun ukhuwah Islamiyah (sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (sesama warga negara), dan ukhuwah basyariyah (sesama manusia).

"Nabi mengakomodasi penduduk Madinah itu bukan karena negara agama atau suku, melainkan sebagai negara berperadaban," kata Kiai Manan.

Menteri Agama Lukman Hakim juga menceritakan, keberadaan Nabi Besar Muhammad SAW di muka bumi adalah menjadi teladan bagi masyarakat yang ada pada zamannya maupun setelah kepergiannya. Keteladanan Rasulullah bisa menjadi solusi berbagai problematika yang dihadapi masyarakat saat ini.

“Di tangan beliau, Islam datang menjadi agama kasih yang memudahkan orang, bukan menyulitkan. Maka, beragama secara ekstrem bukanlah cara beragama yang diajarkan Rasulullah," kata Lukman di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (30/11) malam.

Kedamaian masyarakat menjadi hal yang diutamakan Rasulullah agar syariat bisa dijalankan dan peradaban bisa dibangun.

Menurutnya, sebuah kehormatan bagi umat Islam karena Allah SWT telah mendeklrasikan bahwa mereka dihadirkan sebagai umat pertengahan. Sehingga, menurut Menag, sudah selayaknya umat Islam anti pada sikap ektremisme dan tindakan yang melapai batas.n hasanul rizqa/muhyiddin

(Pengolah: Fitriyan Zamzami).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement