REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut Sail Sabang 2017 menjadi kegiatan layar (sail) terbesar karena dapat menghadirkan jumlah peserta dan pengunjung paling banyak dibanding kegiatan serupa sebelumnya.
"Saya laporkan kepada Bapak Wakil Presiden, bahwa berkat kerja keras Panitia Nasional Sail Sabang 2017 yang dinakhodai oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya di tingkat nasional dan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf di tingkat daerah, telah membuat Sail Sabang 2017 sebagai perhelatan terbesar dibandingkan dengan 'event sail' sebelumnya di Indonesia," kata Luhut dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (2/12).
Luhut menghadiri acara puncak Sail Sabang 2017 di Pelabuhan CT-3 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (BPKS) Sabang, Sabtu. Acara itu juga dihadiri Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Kegiatan Sail Sabang yang digelar 28 November-5 Desember 2017 diikuti 13 kapal perang RI (KRI), satu Kapal Riset Baruna Jaya VII milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dua kapal tiang tinggi (KRI Bima Suci dan KRI Dewa Ruci), satu kapal pesiar (Cruise Costa Victoria) dengan 2.200 penumpang, serta 18 yachts dari tujuh negara.
Sedianya, terdaftar lebih dari 100 yacht dari 18 negara akan menjadi peserta sail. Namun karena kondisi cuaca yang tidak mendukung dalam tiga hari terakhir, hanya 18 yacht yang dapat tiba di Sabang sebelum acara puncak.
"Jumlah pengunjung terbesar dan jumlah 'event' terbanyak. Selama Sail Sabang 2017 diperkirakan sebanyak 20 ribu pengunjung serta terdapat 26 event pada rangkaian kegiatan Sail Sabang 2017," katanya.
Sail Sabang 2017 juga menghasilkan tiga karya nyata yang bermanfaat bagi Sabang pascakegiatan yakni dicanangkannya Diamond-Triangle Regatta Saphula (Sabang-Phuket-Langkawi) pada tahun 2018, International Free-Dive Competition 2018, dan Pengembangan Perikanan Budi daya Laut.
Luhut mengungkapkan, perhelatan Sail Sabang 2017 memiliki fokus utama untuk menjadi destinasi wisata guna mendukung pariwisata sebagai penghasil devisa paling besar di Indonesia. "Sebagaimana penyelenggaraan delapan 'sail' sebelumnya, maka Sail Sabang ini memiliki tujuan utama yang berbeda dari 'sail' sebelumnya, yakni lebih fokus pada pengembangan destinasi wisata," katanya.
Sail Sabang merupakan seri kesembilan sejak diadakannya Sail pertama Sail Bunaken di Manado tahun 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi Belitong 2011, Sail Morotai 2012, Sail Komodo 2013, Sail Raja Ampat 2014, Sail Teluk Tomini 2015 dan Sail Selat Karimata 2016.
Menurut mantan Menko Polhukam itu, gelaran "sail" sebelumnya berfokus pada percepatan pembangunan infrastruktur daerah, sehingga pemilihan lokasi acara puncak difokuskan ke daerah wisata yang sudah memiliki relatif infrastruktur cukup. Dengan dukungan kegiatan atraksi dan promosi, kawasan ini diharapkan akan berkembang lebih cepat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pariwisata masih menjadi penghasil devisa negara keempat pada tahun 2015. Namun, pada tahun ini, sektor pariwisata telah meloncat sebagai penghasil devisa kedua terbesar di Indonesia, setelah minyak sawit.
Capaian positif itu diprediksi menjadikan pariwisata sebagai penghasil devisa terbesar di Indonesia pada tahun 2019, dengan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 20 juta orang.
Karena itu, menurut Luhut, pemerintah akan aktif mengembangkan dan memperkenalkan pariwisata Indonesia melalui program Wonderful Indonesia serta memperkuat kegiatan nasional yang ada, seperti Sail Sabang 2017.